WNA menjadi pimpinan BUMN, Pengamat Andrinof : Harus jelas tujuan dan batasannya

Andrinof Chaniago
Andrinof Chaniago
Pengamat ekonomi, politik, dan kebijakan publik Andrinof Chaniago menilai rencana Pemerintah yang membuka peluang bagi warga negara asing (WNA) untuk menduduki jabatan pimpinan di Badan Usaha Milik Negara (BUMN) perlu dijelaskan secara komprehensif. Menurutnya, kebijakan tersebut tidak bisa sekadar didasari alasan profesionalitas, tetapi harus memiliki tujuan, batasan, serta manfaat yang jelas bagi penguatan BUMN nasional.
“Sebelum bicara setuju atau tidak, harus dijelaskan dulu untuk keperluan apa ekspatriat itu ditempatkan sebagai pimpinan BUMN. Apa manfaatnya, dan risiko-risikonya,” ujar Andrinof dalam wawancara di program Elshinta News and Talk edisi pagi bersama Bhery Hamzah, Jumat (17/10/2025).
Andrinof menilai, dalam batas tertentu penempatan tenaga asing memang bisa bermanfaat, terutama untuk transfer pengetahuan dan peningkatan tata kelola korporasi. Namun, ia mengingatkan agar kebijakan ini tidak menempatkan profesional Indonesia pada posisi inferior di perusahaan pelat merah.
“Asalkan tujuannya bukan terus-menerus dan jangan membuat profesional Indonesia berada di bawah. Kalau maksudnya untuk memberdayakan dan menjadi mitra pembelajaran, itu bagus,” katanya.
Lebih lanjut, mantan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional itu menegaskan, Pemerintah seharusnya memperkuat sistem pembinaan talenta dalam negeri di lingkungan BUMN yang sebenarnya sudah berjalan dengan baik, seperti melalui School of Excellence dan program pelatihan profesional di perusahaan-perusahaan besar milik negara.
Ia mencontohkan beberapa BUMN yang telah diakui secara internasional seperti Telkom dan Bank Himbara, yang menurutnya bisa dijadikan model tata kelola berstandar global tanpa harus selalu mengandalkan tenaga asing. “Kita sudah punya segelintir BUMN yang diakui pihak asing. Yang perlu sekarang adalah menularkan tata kelola yang baik dari BUMN yang maju ke BUMN lain yang masih tertinggal,” jelasnya.
Andrinof juga menyinggung kebijakan Presiden Prabowo Subianto yang menginstruksikan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi menyiapkan 2.000 putra-putri terbaik Indonesia agar siap bekerja di sektor-sektor strategis, termasuk BUMN. Ia menyambut baik langkah itu, namun menekankan pentingnya perbaikan sistem rekrutmen di BUMN agar talenta muda tertarik bergabung, terutama di BUMN yang selama ini kurang berkembang.
“Jumlah anak muda potensial Indonesia banyak. Tapi bagaimana membuat mereka tertarik masuk ke BUMN, terutama yang belum maju, itu yang perlu dipikirkan,” ujarnya.
Menurut Andrinof, penempatan WNA di jajaran direksi BUMN tidak akan efektif jika akar persoalan utama, seperti intervensi politik dan lemahnya sistem manajerial, tidak dibenahi terlebih dahulu. “Kalau masalahnya karena faktor politik, ya faktor politiknya dulu yang dibenahi. Jangan dilangkahi lalu diserahkan ke ekspatriat,” pungkasnya.
Penulis: Dedy Ramadhany/Ter