Top
Begin typing your search above and press return to search.

Berkat bantuan BAZNAS RI, omzet panen padi Cahyo capai Rp15,6 Juta

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) RI kembali mencatat capaian positif program Lumbung Pangan di Desa Cilapar, Kecamatan Kaligondang, Kabupaten Purbalingga. Pada musim tanam kedua ini, panen padi yang dilakukan para petani menunjukkan hasil menggembirakan.

Berkat bantuan BAZNAS RI, omzet panen padi Cahyo capai Rp15,6 Juta
X

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) RI kembali mencatat capaian positif program Lumbung Pangan di Desa Cilapar, Kecamatan Kaligondang, Kabupaten Purbalingga. Pada musim tanam kedua ini, panen padi yang dilakukan para petani menunjukkan hasil menggembirakan, salah satunya dialami oleh Cahyo Suwito yang berhasil meraih omzet hingga Rp15.600.000.

Pimpinan BAZNAS RI Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan, Saidah Sakwan, MA., menyampaikan peningkatan produktivitas petani di Cilapar merupakan bukti nyata efektivitas program pendampingan dan bantuan sarana produksi yang diberikan.

“BAZNAS ingin memastikan pemberdayaan petani berjalan menyeluruh, bukan hanya memberi bantuan, tetapi juga meningkatkan keterampilan, produktivitas, dan hasil panen. Capaian Pak Cahyo ini menunjukkan bahwa pendampingan yang terarah mampu meningkatkan pendapatan keluarga petani dan memperkuat ketahanan pangan di daerah,” ujar Saidah di Jakarta, Kamis (13/11/2025).

Saidah menambahkan, panen raya Gapoktan Citra di Desa Cilapar akan berlangsung hingga akhir November, dan BAZNAS RI menargetkan output yang semakin baik dari para petani binaan.

“Kami berharap hasil ini menjadi contoh bahwa dana zakat dapat memberikan dampak nyata untuk kesejahteraan masyarakat,” ucap Saidah.

Sementara itu, Cahyo Suwito, salah satu dari 250 petani binaan BAZNAS, memanen padi varietas Inpari 32 di lahan seluas 3.640 m².

Hasil perhitungan awal panen mencapai 2,6 ton Gabah Kering Panen (GKP). Setelah proses pengeringan menjadi Gabah Kering Giling (GKG) dengan harga jual sekitar Rp7.400 per kilogram, pendapatannya menembus Rp15,6 juta.

“Bantuan benih, pendampingan, sampai penggunaan alat perontok Power Thresher sangat membantu. Hasil panen lebih cepat selesai, gabah lebih bersih, dan produksinya meningkat,” katanya.

Dalam proses panen, Cahyo juga tetap mempertahankan tradisi Mbawon, yaitu sistem bagi hasil antara pemilik lahan dan warga pemanen, yang menjadi bagian penting dari kearifan lokal dan solidaritas sosial masyarakat setempat.

Sumber : Elshinta.Com

Related Stories
Next Story
All Rights Reserved. Copyright @2019
Powered By Hocalwire