Rupiah bergerak terbatas seiring antisipasi pasar jelang rilis NFP AS
Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede mengatakan pergerakan nilai tukar (kurs) rupiah yang terbatas pada Kamis sejalan dengan antisipasi investor menjelang rilis data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS).

Sumber foto: Antara/elshinta.com.
Sumber foto: Antara/elshinta.com.
Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede mengatakan pergerakan nilai tukar (kurs) rupiah yang terbatas pada Kamis sejalan dengan antisipasi investor menjelang rilis data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS).
“Rupiah melanjutkan tren pergerakan yang terbatas pada perdagangan hari Kamis, sejalan dengan investor yang mengantisipasi data ketenagakerjaan AS di hari Jumat (5/9) dan juga antisipasi dari libur Maulid Nabi di hari Jumat (5/9),” kata Josua kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.
Selama pekan ini, pelaku pasar akan menantikan data Purchasing Managers' Index (PMI) Jasa AS yang akan dirilis pada hari ini, serta data ketenagakerjaan atau Non-Farm Payrolls (NFP) AS pada Jumat (5/9).
Sepanjang pekan, kurs rupiah disebut sudah menguat 0,43 persen week to week, didukung pemulihan sentimen domestik pasca demonstrasi di Indonesia mereda.
Memasuki minggu depan, rupiah berpotensi menguat akibat ekspektasi deflasi AS, serta peningkatan angka pengangguran AS.
“Rupiah diperkirakan bergerak dalam rentang Rp16.325-16.450 per dolar AS,” ujar Josua.
Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan Kamis sore melemah sebesar 9 poin atau 0,05 persen menjadi Rp16.425 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.416 per dolar AS.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada hari ini juga melemah ke level Rp16.438 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.424 per dolar AS.
Menurut Analis Bank Woori Saudara Rully Nova, penyebab utama pelemahan kurs rupiah karena tekanan di pasar obligasi pemerintah karena dampak dari rencana Bank Indonesia untuk sharing burden (pembagian beban bunga) terhadap penyerapan obligasi negara.
“Penyerapan obligasi negara yang diterbitkan pemerintah untuk pembiayaan program-program pemerintah seperti makan bergizi, rumah subsidi, kesehatan, pendidikan,” ucap dia.
“Sementara itu, faktor global seharusnya mendukung penguatan rupiah seiring meningkatnya ekspektasi penurunan suku bunga The Fed bulan ini,” ungkap Rully.