Gerakan stop tot tot wuk wuk, kritik strobo & sirine arogan
Gerakan “Stop Tot Tot Wuk Wuk” viral kritik strobo & sirine. Publik desak aturan ketat, Korlantas dan TNI siap evaluasi penggunaan pengawalan.

Gerakan “Stop Tot Tot Wuk Wuk” viral di media sosial sebagai protes terhadap penggunaan strobo dan sirine yang dinilai arogan. Publik menyoroti kasus viral kendaraan dinas pejabat berpatwal pada hari libur yang diduga menuju lokasi healing di Jakarta Selatan.
Korlantas merespons dengan menyatakan siap menjadikan kritik masyarakat sebagai evaluasi dan menghentikan pengawalan dengan strobo serta sirine. Panglima TNI juga mengimbau agar strobo tidak digunakan jika tidak mendesak.
Pengamat kebijakan publik dan transportasi sekaligus Founder & Instructor Jakarta Defensive Driving Consulting, Jusri Pulubuhu menilai, masyarakat diminta bisa membedakan antara penyalahgunaan dan penggunaan sah, misalnya pemadam kebakaran yang harus didahulukan, lalu ambulans.
Ia menambahkan, perlu regulasi lebih ketat. “Pemerintah bisa membatasi penjualan strobo agar hanya pihak yang sah saja yang dapat membelinya, sama halnya dengan senjata api,” ujarnya.
Sementara itu di luar negeri pejabat tidak butuh pengawalan karena kesadaran berkendara tinggi, sedangkan di Indonesia dengan kesadaran berkendara yang rendah serta sanksi hukum terlalu ringan dengan denda hanya Rp250 ribu sehingga tak menimbulkan efek jera.
(Nesya)