Kemenhut Peringati Hari Badak Sedunia: Lestarikan spesies badak di Nusantara
Kementerian Kehutanan Republik Indonesia bersama mitra konservasi nasional dan internasional memperingati Hari Badak Sedunia ke-15, dengan mengusung tema “Badak Lestari, Bumi Berseri.”

Sumber foto: M Irza Farel/elshinta.com.
Sumber foto: M Irza Farel/elshinta.com.
Kementerian Kehutanan Republik Indonesia bersama mitra konservasi nasional dan internasional memperingati Hari Badak Sedunia ke-15, dengan mengusung tema “Badak Lestari, Bumi Berseri.” Acara ini meneguhkan komitmen Indonesia dalam menjaga kelestarian dua spesies badak yang tersisa di nusantara: Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) dan Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), keduanya berstatus Critically Endangered.
Menteri Kehutanan RI, Raja Juli Antoni, PhD, dalam sambutannya menegaskan bahwa pelestarian badak tidak hanya soal menyelamatkan satwa, melainkan juga menjaga ekosistem, keragaman genetik, dan martabat bangsa.
“Selama badak masih hidup dan berkembang biak, selama itu pula dunia tahu bahwa Indonesia adalah bangsa yang mampu menjaga titipan alamnya,” ujar Menteri Kehutanan seperti dilaporkan Reporter Elshinta, M Irza Farel, Senin (22/9).
Saat ini, populasi Badak Jawa diperkirakan hanya 87–100 individu dan terbatas di Taman Nasional Ujung Kulon. Sementara itu, Badak Sumatera diperkirakan tersisa kurang dari 100 individu, yang hidup dalam kantong-kantong populasi kecil di Sumatera dan Kalimantan.
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Prof. Dr. Satyawan Pudyatmoko, menyampaikan sejumlah agenda konservasi yang tengah dan akan dilakukan, antara lain:
Pengembangbiakan Badak Sumatera secara semi in-situ di Suaka Rhino Sanctuary, Taman Nasional Way Kambas.
Kedua Pengembangan Assisted Reproductive Technology (ART) dan Biobank bersama IPB University, YABI, dan mitra internasional. Penguatan Rhino Protection Unit (RPU) untuk patroli, pemantauan, penegakan hukum, serta edukasi masyarakat.
Ketiga Operasi Merah Putih translokasi Badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon. Penyelamatan Badak Sumatera “Pari” di Suaka Kelian, Kalimantan Timur, serta rencana operasionalisasi Suaka Badak Sumatera di Aceh Timur.
Keempat Pemanfaatan teknologi konservasi seperti kamera jebak, drone, analisis DNA lingkungan (environmental DNA), dan anjing K-9.
Sosialisasi dan edukasi publik terkait pentingnya menjaga spesies ini. Sebagai simbol dukungan global, International Rhino Foundation (IRF) menyerahkan sebuah patung Badak Jawa berbahan perunggu seberat 1,73 ton, karya seniman dunia Gillie dan Marc, kepada Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kehutanan.
Menteri Kehutanan menutup sambutannya dengan ajakan untuk memperkuat kolaborasi lintas sektor dan meningkatkan investasi konservasi melalui APBN, APBD, CSR dunia usaha, Indonesia Biodiversity Fund (I Bio Fund), dan dukungan internasional.
“Kita semua harus menjadi agen perubahan yang membawa harapan bagi masa depan biodiversitas Indonesia,” tegasnya.