Pengelolaan sumber daya laut berkelanjutan di segitiga terumbu karang
Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security (CTI-CFF) Regional Secretariat dan Rare, organisasi konservasi global, secara resmi menandatangani nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU).

Sumber foto: Eko Sulestyono/elshinta.com.
Sumber foto: Eko Sulestyono/elshinta.com.
Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security (CTI-CFF) Regional Secretariat dan Rare, organisasi konservasi global, secara resmi menandatangani nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU).
Tujuannya adalah untuk berkolaborasi dalam mendorong pengelolaan sumber daya laut berkelanjutan di kawasan Segitiga Terumbu Karang, salah satu wilayah laut dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia.
Kemitraan strategis ini mempertemukan platform regional multilateral CTI-CFF—yang terdiri dari Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan Solomon, dan Timor-Leste— dengan keahlian global Rare dalam konservasi berbasis komunitas dan perubahan perilaku.
MoU ini menetapkan kerangka kerja untuk upaya bersama dalam menghadapi dampak perubahan iklim, memperkuat ketahanan pangan, serta meningkatkan ketahanan ekosistem laut dan masyarakat pesisir.
“Kolaborasi ini menandai langkah maju yang signifikan bagi kawasan Segitiga Terumbu Karang dalam menghadirkan solusi nyata di tingkat komunitas,” kata Dr. Frank Keith Griffin, Executive Director CTI-CFF Regional Secretariat, Kamis (11/9).
“Dengan menyelaraskan koordinasi regional CTI-CFF dengan pendekatan inovatif berbasis komunitas dari Rare, kami berupaya memperluas solusi yang efektif, inklusif, dan berkelanjutan,” tegasnya seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Eko Sulestyono.
Kemitraan ini akan berfokus pada beberapa bidang kerja sama utama, antara lain:
* Pengelolaan sumber daya laut dan pesisir berbasis komunitas;
* Advokasi kebijakan dan pengakuan hukum atas praktik konservasi lokal;
* Keterlibatan masyarakat dan kampanye perubahan perilaku;
* Mobilisasi model pembiayaan inovatif dan berkelanjutan;
* Pelatihan bersama, penguatan kapasitas, dan inisiatif berbagi pengetahuan.
Rocky Sanchez Tirona, Managing Director of Fish Forever di Rare mengatakan bahwa
Segitiga Terumbu Karang adalah salah satu wilayah dengan keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia, tetapi juga salah satu yang paling berisiko.
“Urgensi saat ini menuntut kita bekerja sama lintas negara dan sektor untuk melindungi lautan dan komunitasnya bagi generasi mendatang. Kemitraan kami dengan CTI-CFF membuka peluang baru untuk memperkuat kolaborasi regional dan memperbesar dampak,” tegasnya.
Berdasarkan perjanjian ini, kedua pihak akan memberikan kontribusi berupa keahlian teknis, sumber daya finansial maupun in-kind, serta pembelajaran bersama, sekaligus menjajaki
peluang pendanaan dari mitra bilateral, multilateral, filantropi, maupun sektor swasta.
Proyek kolaboratif akan diimplementasikan melalui rencana kerja atau perjanjian khusus yang merinci peran, jadwal, dan capaian.
MoU ini berlaku selama lima (5) tahun dan mencakup mekanisme pemantauan serta evaluasi bersama untuk memastikan efektivitas kemitraan sekaligus menyesuaikan dengan kebutuhan baru yang muncul.
Pada MoU ini juga menegaskan visi bersama untuk mewujudkan Segitiga Terumbu Karang yang sehat, di mana keanekaragaman hayati laut terlindungi, masyarakat tangguh, dan generasi mendatang dapat terus bergantung pada sumber daya laut bagi mata pencaharian dan kesejahteraan mereka.
Kedepan, kemitraan ini juga akan mengeksplorasi pendekatan inovatif untuk pembiayaan konservasi laut. Dengan ditandatanganinya MoU ini, CTI-CFF dan Rare .
Selain itu juga untuk meletakkan dasar untuk bersama-sama mengembangkan CTI Regional Impact Bond—sebuah mekanisme pembiayaan berbasis hasil yang inovatif, ditujukan untuk mendukung bentang laut prioritas, perikanan berkelanjutan, spesies yang terancam, serta upaya ketahanan iklim di kawasan Segitiga Terumbu Karang.
Inisiatif visioner ini mencerminkan komitmen kedua pihak untuk memobilisasi solusi yang skalabel dan berkelanjutan demi dampak jangka panjang di salah satu kawasan laut paling vital di dunia.