Rafflesia Pricei: Dulunya pakan anjing, kini jadi daya tarik wisata
Belakangan tengah viral video seorang peneliti asal Indonesia yang menemukan bunga Bangkai atau Rafflesia yang diklaim sulit ditemukan di daerahnya.

Sumber foto: Rizkia/elshinta.com.
Sumber foto: Rizkia/elshinta.com.
Belakangan tengah viral video seorang peneliti asal Indonesia yang menemukan bunga Bangkai atau Rafflesia yang diklaim sulit ditemukan di daerahnya. Sangking senangnya bertemu dengan bunga tersebut, Septian Andirki sampai menangis karena sudah lama tak bertemu bunga raksasa tersebut.
Lain di Desa Pa' Kidang, Krayan Barat, Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, bunga Rafflesia tumbuh subur bahkan sampai di sekitar permukiman warga setempat. Meskipun berbeda jenis Rafflesia Pricei di Desa Pa' Kidang juga menjadi salah satu destinasi wisata yang memanjakan mata bagi yang berkunjung ke Taman Nasional Kayan Mentarang (TNKM).
Menyadari daya tarik wisatanya, warga sekitar pun membuat tempat wisata bernama Buduk Udan, sebuah puncak di ketinggian 1.400 mdpl. Untuk menuju puncak itu, pengunjung harus tracking sejauh 5 kilometer. Saat kembali, pengunjung akan diajak melewati rute lain melalui habitat Raflessia Pricei yang mana pengunjung bisa langsung mengamati bunga raksasa itu serta berswafoto.
"Mekarnya Rafflesia Pricei tidak dapat diprediksi seperti tumbuhan pada umumnya. Berdasarkan hasil data monitoring Rafflesia Pricei paling sering berbunga pada bulan Agustus namun, masih perlu monitoring berkala untuk memastikan seberapa sering Rafflesia pricei mekar," ungkap Kepala Balai Taman Nasional Kayan Mentarang,Seno Pramudito kepada media ini di konfirmasi via telepon.
Karena seringnya di dekat permukiman masyarakat lokal, warga bisa memandu siapa saja terutama wisatawan untuk memberi informasi dan menunjukkan arah keberadaan raflessia pricei yang mekar maupun habitatnya. Di Desa Pa’ Kidang, Raflessia Pricei bisa mekar dalam jumlah banyak hanya dalam satu tempat. Meski dekat dengan pemukiman, Raflessia Pricei tumbuh di dalam kawasan TNKM. Belum ada informasi bunga ini mekar di luar kawasan.
Tidak semua wilayah di Taman Nasional Kayan Mentarang dapat ditemukan Rafflesia Pricei. Sampai saat ini terdapat beberapa lokasi yang ditemui Rafflesia Pricei yaitu di SPTN Wilayah I Long Bawan (Desa Long Api dan Desa Tang Paye), SPTN Wilayah II Long Alango (Rian Tubu) dan di SPTN Wilayah III Long Ampung (Paliran). Namun, Lokasi yang sering dilakukan monitoring yaitu di SPTN Wilayah I Long Bawan.
"Di Desa Pa’ kidang merupakan yang masuk dalam wilayah Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Long Bawan sudah dibentuk kelompok wisata yang bernama Pa’ Kidang Makmur," ceritanya seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Rizkia, Rabu (26/11).
Dalam mendukung upaya pengembangan ekowisata di desa Pa’ Kidang, Balai Taman Nasional Kayan Mentarang sudah melakukan kegiatan pelatihan kepemanduan kepada masyarakat yang mana kegiatan ini merupakan peningkatan kapasitas masyarakat.
Selain itu Balai Taman Nasional Kayan Mentarang juga sudah memberikan bantuan sarana prasarana berupa shelter dan juga papan-papan informasi dan interpretasi. Selain itu Balai Taman Nasional Kayan Mentarang juga sudah membentuk kelompok khusus monitoring dari Rafflesia Pricei, sehingga masyarakat disana juga bisa menentukan waktunya Rafflesia tersebut berkembang, sehingga pengunjung disana bisa mendapatkan informasi berkembangnya Rafflesia Pricei tersebut.
"Kami berharap bahwa lokasi destinasi wisata di Desa Pa’ Kidang khususnya di “Buduk Udan” ini dapat kembangkan, dan juga dapat dilestarikan sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, dan juga kami mengharapkan para mitra, Pemda juga mendukung kegiatan pengembangan destinasi wisata di Desa Pa’ Kidang ini," harapannya.
Berdampingan Kepala SPTN Wilayah I Balai Taman Nasional Kayan Mentarang, Hery Gunawan mengungkapkan memang sulit memprediksi mekarnya bunga Rafflesia, karena banyak faktor yang mempengaruhi.
“Tidak ada waktu tertentu bunga Rafflesia pricei untuk mekar. Beberapa faktor yang mempengaruhi waktu mekar Rafflesia pricei yaitu kondisi inang (Tetrastigma), cuaca dan gangguan serta siklus hidup (dari proses kopula, knop, perigon dan antesis (mekar)," jelasnya.
Disinggung soal kearifan lokal masyarakat adat Dayak di Kayan Mentarang, tidak ada kearifan lokal khusus masyarakat untuk Rafflesia seperti burung Kuau maupun burung Enggang. Menurut cerita masyarakat, sebelum mengetahui bahwa Rafflesia merupakan tumbuhan langka dan dilindungi, masyarakat memanfaatkan bunga Rafflesia untuk pakan anjing ketika di dalam hutan.
"Sebelum warga desa tau itu (Rafflesia) langka dan dilindungi, mereka sering ambil untuk pakan anjing ketika dalam hutan," tawanya.
Namun, dengan pengetahuan sekarang warga desa ikut serta dalam menjaga dan melestarikan Rafflesia. Upaya masyarakat dalam upaya melestarikan Rafflesia Pricei yaitu dengan adanya Tim Monitoring Rafflesia di Resor Krayan SPTN Wilayah I Long Bawan.
Serta masyarakat memakai replika/gambar Rafflesia sebagai properti menari untuk tarian Dayak Lundayeh di Krayan. Secara tidak langsung dengan penggunaan replika/gambar Rafflesia merupakan simbol bagian dari upaya pelestarian budaya dan alam.
"Dengan adanya Rafflesia Pricei menandakan bahwa fungsi ekologis hutan TNKM masih terjaga dengan baik. Hal tersebut dikarenakan Rafflesia merupakan tumbuhan yang sensitif terhadap gangguan," tutupnya.




