Miartiko Gea: Kaderisasi dan penugasan kader jadi tantangan utama alumni GMNI Jakarta Raya
Ketua terpilih Dewan Pimpinan Daerah Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (DPD PA GMNI) Jakarta Raya, Miartiko Gea menegaskan komitmennya untuk menjaga kepercayaan kader dan alumni GMNI dalam memimpin organisasi lima tahun ke depan

Jakarta — Ketua terpilih Dewan Pimpinan Daerah Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (DPD PA GMNI) Jakarta Raya, Miartiko Gea menegaskan komitmennya untuk menjaga kepercayaan kader dan alumni GMNI dalam memimpin organisasi lima tahun ke depan. Hal tersebut disampaikan dalam pidato usai penetapan kepengurusan pada pelaksanaan Konferensi Daerah (Konferda) V PA GMNI Jakarta Raya di Kantor DPP PA GMNI, Jakarta, Sabtu (13/12/2025).
“Kepercayaan teman-teman ini akan kami jaga. PA GMNI Jakarta Raya harus tetap berdiri sebagai organisasi yang konsisten pada nilai ideologis sekaligus relevan menjawab tantangan zaman,” ujar Miartiko.
Miartiko menekankan bahwa kaderisasi tetap menjadi roh perjuangan GMNI dan PA GMNI. Ia memaparkan bahwa hingga saat ini GMNI aktif telah melaksanakan 78 kali kaderisasi, 9 Kaderisasi Tingkat Dasar (KTD), dan 2 Kaderisasi Tingkat Menengah (KTM) di wilayah Jakarta Raya. Namun demikian, capaian tersebut dinilai belum cukup.
“Proses kaderisasi harus terus dilakukan secara berkesinambungan. Ini bukan sekadar angka, tetapi bagaimana memastikan kualitas, militansi, dan ideologi kader tetap terjaga,” tegasnya.
Miartiko juga menyoroti posisi strategis Jakarta Raya yang kini menjadi barometer gerakan GMNI dan PA GMNI di tingkat nasional, selain Jawa Tengah. Menurutnya, pengakuan dari berbagai pihak tersebut harus dijawab dengan kerja organisasi yang lebih terukur dan berdampak luas.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa tantangan terberat ke depan adalah mempertahankan dan memperluas penugasan kader di berbagai sektor dan wilayah.
“Bukan hanya di Jakarta, tetapi juga di Sumatera, Kalimantan, hingga Indonesia Timur. Ini adalah ikhtiar yang sudah dirintis sejak Konferda sebelumnya dan harus terus kita lanjutkan,” kata Miartiko.
Terkait konsolidasi organisasi, Miartiko menjelaskan bahwa penyusunan struktur kepengurusan akan dilakukan melalui rapat formatur dan Rapat Kerja Daerah (Rakerda). Ia menargetkan pengukuhan seluruh pengurus PA GMNI Jakarta Raya pada Maret atau April 2026. Ia juga berharap agar pengesahan anggota kehormatan PA GMNI yang telah diusulkan dapat segera diterbitkan Surat Keputusannya, sehingga kepengurusan dapat berjalan optimal selama lima tahun mendatang.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum DPP PA GMNI, Ugik Kurniadi, dalam arahannya menegaskan bahwa Konferda V bukan sekadar forum pemilihan kepemimpinan, melainkan momentum untuk memperkuat orientasi program yang berbasis pemberdayaan dan keberpihakan sosial.
Ugik menyampaikan bahwa Konferda V secara resmi menetapkan Miartiko Gea sebagai Ketua DPD PA GMNI Jakarta Raya, didampingi Lukman Hakim sebagai Sekretaris dan Firman Tendry sebagai Bendahara Umum. Ketiganya bersama Ario Sanjaya dan Dwi Rio Sambodo diberi mandat menyusun kelengkapan struktur kepengurusan.
“Ke depan akan ada program pembaruan database anggota PA GMNI Jakarta Raya sebagai bagian dari agenda pemberdayaan organisasi. Data yang kuat akan menentukan arah gerak yang tepat,” ujar Ugik.
Selain itu, Ugik juga menekankan pentingnya peran PA GMNI dalam memberikan dukungan kebijakan terkait pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat di Jakarta. Ia mengungkapkan bahwa sejumlah kawasan permukiman di Jakarta telah menjadi objek penelitian karena dinilai masih tertinggal, dan PA GMNI perlu mengambil sikap serta memberikan kontribusi pemikiran.
Konferda V PA GMNI Jakarta Raya diharapkan menjadi titik tolak penguatan peran alumni GMNI sebagai kekuatan nasionalis yang berpijak pada nilai perjuangan rakyat dan berkontribusi nyata bagi pembangunan Jakarta dan Indonesia.
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung menegaskan bahwa nasionalisme tidak berhenti pada simbol dan romantisme sejarah, melainkan diwujudkan melalui konsistensi kepemimpinan, keberpihakan kepada rakyat kecil, serta praktik gotong royong dalam kebijakan publik. Penegasan tersebut disampaikan saat membuka Konferda V DPD GMNI Jakarta Raya di Balai Agung, Balai Kota DKI Jakarta, Sabtu (13/12/2025).
Dalam sambutannya, Pramono menyatakan bahwa isu nasionalisme dan kemiskinan merupakan cita-cita utama perjuangan aktivis GMNI sejak awal. Menurutnya, ukuran nasionalisme seorang pemimpin dapat dilihat dari kesesuaian antara apa yang diucapkan, dijanjikan, dan dilaksanakan.
“Jejak seorang pemimpin itu dilihat dari konsistensi. Dalam perjuangan hidup saya, persoalan nasionalisme dan kemiskinan menjadi tempat utama,” ujar Pramono.
Dalam konteks kebijakan, Pramono menekankan bahwa nasionalisme harus hadir dalam keberpihakan nyata kepada rakyat tidak mampu. Ia menegaskan bahwa Program Kartu Jakarta Pintar (KJP) tidak boleh dikurangi satu sen pun karena menyangkut 707.513 peserta didik dari keluarga miskin. Sementara itu, Program Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul (KJMU) justru diperluas hingga jenjang S2 dan S3, termasuk pembukaan akses pendidikan luar negeri melalui skema LPDP.
“Memotong garis kemiskinan harus dimulai dari pendidikan. Jika anak-anak dari keluarga tidak mampu bisa sekolah hingga S1, S2, bahkan S3, di situlah nasionalisme bekerja,” tegasnya.
Pramono juga mengaitkan nasionalisme dengan keadilan sosial melalui kebijakan pemutihan 6.600 ijazah yang tertahan akibat keterbatasan ekonomi. Menurutnya, negara tidak boleh membiarkan warganya kehilangan masa depan hanya karena faktor kemiskinan. Selain itu, ia memastikan bahwa layanan kesehatan dan perlindungan sosial, seperti Kartu Lansia, Kartu Penyandang Disabilitas, dan Kartu Anak Jakarta, tidak akan dikurangi.
Dalam aspek persatuan bangsa, Pramono menegaskan komitmennya untuk menjadi gubernur bagi seluruh agama, etnis, dan golongan. Ia menilai bahwa keadilan dan toleransi merupakan fondasi utama nasionalisme Indonesia.
“Saya gubernur bagi semua golongan. Ketika semua diperlakukan adil, di situlah nasionalisme menemukan maknanya,” ujarnya.
Pramono juga mengingatkan kader dan alumni GMNI agar tidak terjebak pada simbolisasi Bung Karno semata. Menurutnya, esensi ajaran Bung Karno, jika diperas, bermuara pada nilai gotong royong, kebersamaan, dan keberpihakan kepada rakyat miskin sebagai inti nasionalisme Indonesia.
Pembukaan Konferda V PA GMNI Jakarta Raya turut dihadiri oleh Anggota KPU RI Yulianto Sudrajat, Anggota DKPP RI I Dewa Kade Wiarsa Raka Sandi, Sekretaris Dewan Kehormatan PA GMNI Palar Batubara, Sekretaris Dewan Pertimbangan Riad Oscha Chalik, Anggota DPRD DKI Jakarta Dwi Rio Sambodo dan Wa Ode Herlina, serta Pandopatan Sinaga.




