Jakarta Timur tunjukkan wajah baru pembangunan kota sehat, bersih, dan hemat, mandiri
Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Timur terus menunjukkan langkah progresif dalam membangun kota yang bersih, sehat, dan mandiri energi
Elshinta/ BAI
Jakarta, — Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Timur terus menunjukkan langkah progresif dalam membangun kota yang bersih, sehat, dan mandiri energi. Melalui pembangunan septic tank komunal yang terintegrasi dengan sistem biogas, warga kini tidak hanya memperoleh lingkungan yang lebih sehat, tetapi juga menikmati manfaat energi bersih yang dialirkan langsung ke dapur rumah mereka.
Program ini menjadi bagian dari kebijakan Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung tentang percepatan penyelesaian masalah kesehatan lingkungan, terutama di wilayah padat penduduk. Pemkot Jakarta Timur bergerak cepat menindaklanjuti kebijakan tersebut dengan mengedepankan inovasi, kolaborasi, dan efisiensi anggaran.
Pembangunan septic tank komunal dan biogas dilakukan di sepuluh titik wilayah, antara lain Kelurahan Bidara Cina, Rawa Bunga, Pekayon, Pinang Ranti, Kampung Rambutan, Penggilingan, Kayu Manis, Cipinang, Cipinang Melayu, dan Klender. Sekitar 921 kepala keluarga atau 2.936 jiwa ditargetkan mendapatkan manfaat langsung dari program ini.
Limbah domestik diolah menjadi gas metana yang kemudian dialirkan ke dapur warga sebagai pengganti gas elpiji. Hasilnya, pengeluaran rumah tangga menurun, sementara lingkungan menjadi lebih bersih dan bebas bau.
Menurut Agung Nugroho, Ketua Umum Relawan Kesehatan (Rekan) Indonesia, inisiatif Pemkot Jakarta Timur ini layak diapresiasi karena berhasil memadukan tiga tujuan sekaligus: kesehatan lingkungan, kemandirian energi, dan peningkatan ekonomi keluarga.
“Program ini menyentuh kebutuhan dasar warga. Mereka tidak hanya mendapatkan sanitasi yang layak, tapi juga energi murah dari biogas. Rata-rata keluarga bisa menghemat Rp150.000–Rp200.000 per bulan dari pengeluaran gas elpiji. Itu berarti uang bisa dialihkan untuk kebutuhan lain seperti pendidikan dan gizi anak,” ujar Agung, Sabtu (1/11/2025).
Dari sisi kesehatan, Agung menilai program ini memberi dampak besar. Sistem septic tank tertutup mampu menekan pencemaran air tanah dan menurunkan risiko penyakit berbasis lingkungan seperti diare, tifus, dan infeksi kulit. “Lingkungan jadi lebih bersih, air tanah lebih aman, dan udara pun tidak tercemar. Ini contoh nyata pembangunan yang menyehatkan rakyat,” tambahnya.
Menariknya, pembangunan septic tank komunal dan biogas tersebut tidak membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Pemerintah Kota Jakarta Timur justru menggandeng sektor swasta, komunitas warga, dan lembaga sosial melalui skema tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dan partisipasi masyarakat.
“Kolaborasi ini adalah kunci. Pemerintah mengoordinasi, swasta mendukung dengan pendanaan dan teknologi, warga terlibat dalam pengelolaan. Hasilnya, kota menjadi bersih tanpa harus menambah beban anggaran,” ujar Agung.
Pemkot Jakarta Timur menargetkan seluruh fasilitas septic tank komunal rampung pada Agustus 2025, dan distribusi biogas ke rumah warga dimulai September 2025. Dengan langkah ini, Jakarta Timur menjadi contoh bagaimana kebijakan lokal bisa menghadirkan solusi global—menangani limbah, mengurangi emisi, sekaligus memperkuat ketahanan energi rumah tangga.
“Jakarta Timur sudah menunjukkan arah baru pembangunan kota sehat: kolaboratif, efisien, dan berpihak kepada rakyat,” tutup Agung Nugroho.
(BAI)








