Top
Begin typing your search above and press return to search.

Jelang Nataru, BPJN Sumsel siagakan alat berat di daerah rawan longsor

Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Sumatera Selatan melalui Satker PJN Wilayah II meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi longsor di ruas Pagar Alam–Tanjung Sakti hingga perbatasan Kota Manna, Bengkulu.

Jelang Nataru, BPJN Sumsel siagakan alat berat di daerah rawan longsor
X

Sumber foto: Adi Asmara/elshinta.com.

Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Sumatera Selatan melalui Satker PJN Wilayah II meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi longsor di ruas Pagar Alam–Tanjung Sakti hingga perbatasan Kota Manna, Bengkulu. Ruas ini dikenal sebagai salah satu jalur tertinggi sekaligus paling rawan longsor di wilayah Sumsel, terutama saat intensitas hujan meningkat.

Kepala Satker PJN Wilayah II Sumsel, Mardalenna, Senin (15/12/2015) mengatakan kesiapsiagaan di jalur tersebut sejatinya dilakukan sepanjang tahun, tidak hanya menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru).

“Tanpa ada Nataru pun memang kami sudah menyiapkan alat berat di situ. Karena bencana tidak mengenal waktu, mau Nataru, Lebaran, atau hari biasa, kalau mau turun ya turun saja,” ujar Mardalenna seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Adi Asmara, Senin (15/12).

Menurut dia, alat berat berupa ekskavator dan backhoe loader sudah disiagakan di sekitar Tanjung Sakti, lengkap dengan operator yang berasal dari wilayah setempat. Selain itu, material tanggap darurat seperti bronjong, kawat bronjong, dan batu kali juga telah tersedia untuk penanganan cepat jika terjadi longsor atau gerusan sungai.

Ruas Pagar Alam–Tanjung Sakti–Manna didominasi kawasan perbukitan dan lereng curam. Kondisi geografis tersebut membuat jalur ini kerap mengalami longsor, terutama di sejumlah titik antara Jembatan Endikat hingga perbatasan Bengkulu.

“Sepanjang ruas itu memang daerah lereng. Satu sisi tebing, satu sisi jurang. Karena itu kami selalu berkoordinasi dengan Polsek setempat untuk menghimbau pengguna jalan agar lebih waspada,” katanya.

Mardalenna menyoroti risiko yang dihadapi pengguna jalan non-lokal yang belum mengenal karakter jalur tersebut. Untuk itu, pihaknya mendorong agar perjalanan melintasi kawasan perbukitan dilakukan pada siang hari.

“Kalau siang hari, kalaupun terjadi longsor masih bisa terlihat arahnya. Kalau malam hari, minim penerangan, itu yang kami khawatirkan,” ujarnya.

Sebagai bagian dari kesiapsiagaan Nataru, Satker PJN Wilayah II juga akan mendirikan posko pengamanan di kawasan Tanjung Sakti, sekitar KM 290-an, yang tercatat sebagai titik langganan longsor ringan.

“Posko Nataru rencananya mulai efektif akhir minggu ini sampai sekitar tanggal 4 atau 5 Januari. Alat beratnya sudah lebih dulu standby di lokasi,” kata Mardalenna.

Kendala utama dalam penanganan longsor di wilayah tersebut, lanjut dia, masih berkaitan dengan keterbatasan sinyal komunikasi. Tak jarang informasi longsor baru diterima setelah material menutup badan jalan.

Meski begitu, koordinasi lintas sektor dinilai cukup solid. Keterlibatan masyarakat, aparat kepolisian, TNI, hingga pemerintah daerah setempat menjadi kunci percepatan penanganan di lapangan.

“Alhamdulillah koordinasi dengan Muspida dan masyarakat setempat cukup aktif. Karena ini ruas bencana, kesadaran untuk saling membantu itu tumbuh dengan sendirinya,” ujarnya.

Untuk memperkuat upaya pencegahan, PJN II Sumsel juga menyiapkan pemasangan rambu peringatan tambahan, termasuk imbauan daerah rawan longsor dan anjuran melintas di siang hari, yang akan ditempatkan sejak sebelum Jembatan Endikat hingga perbatasan Bengkulu.

Sumber : Radio Elshinta

Related Stories
Next Story
All Rights Reserved. Copyright @2019
Powered By Hocalwire