Perpendek jarak tempuh, PUBM-TR Sumsel kebut perbaikan jembatan
“Ini bukan hanya soal jembatan. Ini tentang bagaimana infrastruktur membuka peluang, mempercepat pergerakan, dan memperkuat pertumbuhan ekonomi daerah,”

Sumber foto: Adi Asmara/elshinta.com.
Sumber foto: Adi Asmara/elshinta.com.
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) terus memaksimalkan percepatan pembangunan infrastruktur strategis untuk mempercepat konektivitas antara Kota Lubuklinggau dan Kota Palembang. Salah satu proyek utama yang sedang dikebut adalah pembangunan dan penggantian jembatan-jembatan lama di jalur vital Simpang Simambang–Simpang Belimbing, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI).
Proyek ini dinilai krusial karena akan memangkas waktu tempuh secara signifikan. Jalur ini juga menjadi alternatif yang lebih efisien, apalagi kini didukung Tol Prabumulih–Palembang.
“Hingga saat ini, sudah sembilan jembatan yang kami bangun, termasuk lima yang masuk anggaran tahun ini 2025,” ujar Kepala Bidang Jembatan Dinas PUBM-TR Sumsel, Yudho Joko Prasetyo, Senin (8/9/2025).
Menurut Yudho, terdapat total 20 jembatan yang masuk dalam jalur tersebut. Dari jumlah itu, 11 jembatan rangka baja lama masih harus diganti karena kondisi fisik yang menurun dan tidak lagi memenuhi standar keselamatan.
“Jalur ini menjadi prioritas karena secara jarak dan waktu tempuh menuju Palembang jauh lebih singkat,” jelasnya. “Tapi kehadiran jembatan-jembatan lama ini menjadi hambatan utama. Selain memperlambat kendaraan, juga berisiko dari sisi keselamatan,” tandasnya.
Kondisi sejumlah jembatan lama memang cukup mengkhawatirkan. Salah satu jembatan di Desa Kembang Sari, Kabupaten PALI, sempat viral karena mengalami penurunan badan jembatan yang cukup drastis. Proses penggantiannya kini tengah berlangsung dan ditargetkan rampung pada akhir Oktober 2025.
Sementara itu, empat jembatan lainnya kini masih dalam proses awal kontrak. Untuk menjaga kelancaran lalu lintas, pemerintah sedang membangun jembatan-jembatan sementara di titik-titik tersebut.
“Semua pihak sudah berkomitmen tidak ada keterlambatan. Tidak ada opsi perpanjangan waktu. Semua harus selesai tepat waktu,” tegas Yudho.
Total anggaran pembangunan sembilan jembatan ini mencapai Rp79 miliar, yang terdiri dari: 2 jembatan rangka baja, 5 jembatan girder dan 2 jembatan lainnya yang berada di Kabupaten Ogan Ilir dan OKU
Keseluruhan proyek ini berada di bawah pengawasan Monitoring dan Pencegahan (MCP) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Setiap kontrak proyek memiliki tenggat akhir pengerjaan pada 30 Desember 2025, dengan masa pelaksanaan rata-rata 150 hari atau 4,5 bulan.
“Karena waktunya sangat terbatas, kami awasi progres harian, bukan mingguan. Semua konsultan juga sudah diinstruksikan untuk fokus penuh,” tambahnya.
Jika seluruh proyek jembatan ini selesai tepat waktu, jalur Lubuklinggau–Palembang diprediksi akan jauh lebih efisien. Waktu tempuh bisa terpangkas hingga 3,5 jam tanpa harus berhenti, dibandingkan rute lama yang lebih panjang dan rawan kemacetan.
Dengan pembangunan jembatan baru dan penggantian infrastruktur lama, pemerintah berharap dampak langsung bisa dirasakan masyarakat, terutama dari sisi konektivitas antarwilayah, efisiensi logistik, dan aksesibilitas pelayanan publik.
“Ini bukan hanya soal jembatan. Ini tentang bagaimana infrastruktur membuka peluang, mempercepat pergerakan, dan memperkuat pertumbuhan ekonomi daerah,” pungkas Yudho seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Adi Asmara, Senin (8/9).