Mendikdasmen paparkan skenario kurikulum selama masa darurat bencana
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti memaparkan skenario kurikulum selama masa tanggap darurat bencana di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat untuk diterapkan di pembelajaran semester genap tahun 2026.

Sumber foto: Antara/elshinta.com
Sumber foto: Antara/elshinta.com
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti memaparkan skenario kurikulum selama masa tanggap darurat bencana di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat untuk diterapkan di pembelajaran semester genap tahun 2026.
Untuk masa tanggap darurat 0 sampai 3 bulan dilakukan pada sekolah yang tidak memerlukan perbaikan terlalu besar, dengan penyesuaian kurikulum minimum esensial, yaitu disederhanakan menjadi kompetensi esensial seperti literasi dasar, numerasi dasar, kesehatan dan keselamatan diri, dukungan psikososial, dan informasi mitigasi bencana.
"Kemudian juga pengembangan bahan belajar darurat, metode pembelajaran yang bersifat adaptif, artinya sangat fleksibel metode pembelajarannya. Kemudian, dukungan psikososial terintegrasi dalam pembelajaran, dan asesmen yang sangat sederhana, tidak ada asesmen formatif atau sumatif yang kompleks. Fokus pada kehadiran, keamanan, dan kenyamanan murid," katanya dalam konferensi pers di Kantor BNPB, Jakarta, Selasa.
Mu'ti melanjutkan, skenario kedua yakni 3 sampai 12 bulan karena beberapa sekolah harus dibangun lagi dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Kurikulum untuk skenario kedua ini adaptif berbasis krisis, dengan integrasi mitigasi bencana ke mata pelajaran yang relevan.
"Kemudian, program pemulihan pembelajaran, pembelajaran fleksibel dan diferensiasi. Jadwal disesuaikan dengan kondisi siswa yang mungkin masih mengungsi, penerapan blended atau hybrid learning jika memungkinkan, dan pengelompokan berdasarkan tingkat capaian murid," ujar dia.
Sedangkan untuk sistem asesmen dalam masa transisi berbasis portofolio atau unjuk kerja sederhana, dengan remedial berkelanjutan untuk murid berdampak berat dan penilaian perkembangan sosio-emosional murid.
Skenario ketiga, yakni pemulihan lanjutan 1 sampai 3 tahun karena beberapa sekolah ada yang benar-benar hilang dan harus dibangun sekolah baru, sehingga waktu pembangunan membutuhkan waktu lebih dari satu tahun.
"Maka, mereka belajar dengan integrasi permanen pendidikan kebencanaan, penguatan kualitas pembelajaran, dan pembelajaran inklusif berbasis ketahanan, serta sistem monitoring dan evaluasi pendidikan darurat. Ini yang terkait dengan pembelajaran yang nanti kita rencanakan dimulai pada tanggal 5 Januari 2026 yang akan datang," tuturnya.




