Pelajar MTsN 1 Langkat terima rapor di saat sekolah jadi tempat pengungsian
Ratusan siswa-siswi Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 (MTsN 1) Langkat menerima rapor hasil ujian semester ganjil. Pembagian rapor berlangsung di sekolah yang saat itu menjadi tempat pengungsian warga terdampak banjir.

Sumber foto: M Salim/elshinta.com.
Sumber foto: M Salim/elshinta.com.
Ratusan siswa-siswi Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 (MTsN 1) Langkat menerima rapor hasil ujian semester ganjil. Pembagian rapor berlangsung di sekolah yang saat itu menjadi tempat pengungsian warga terdampak banjir. MTsN 1 Langkat terletak di jalan Pembangunan, Desa Pekubuan, Kecamatan Tanjung Pura, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Pembagian rapor dilaksanakan, Sabtu (20/12).
Sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Langkat, merupakan salah satu gedung sekolah yang digunakan untuk tempat pengungsian warga terdampak banjir di Kecamatan Tanjung Pura. Selain Madrasah Aliyah Negeri 1 (MAN 1) Langkat yang letaknya persis berdampingan, karena sekolah tersebut tidak tergenang banjir. Para pengungsi menginap di musholla dan ruang belajar sekolah tersebut.
Salah seorang guru di sekolah MTsN 1 Langkat yang juga merupakan wali kelas VII-B, Sri Ningsih mengatakan, pihak sekolah memang benar membagikan rapor. Dimana sebelumnya para siswa mengikuti ujian semester secara daring karena sejumlah pemukiman warga sudah tergenang banjir. Akses jalan menuju ke sekolah juga terputus karena tergenang banjir.
"Pihak sekolah memastikan terlebih dahulu apakah android para siswa aktif ditengah bencana banjir, setelah itu baru dilaksanakan ujian tanpa menghadirkan siswa-siswi ke sekolah, dan baru hari ini saat tiba waktu pembagian rapor anak-anak beserta wali diundang ke sekolah," ujarnya.
Senada dengan hal itu, salah seorang orang tua siswi yang bernama Nurul Huda (36) warga Lingkungan XII Kelurahan Pekan Tanjung Pura, ketika di konfirmasi dia mengaku mendampingi anaknya mengambil rapor anaknya yang duduk di kelas VII-B. Sementara dari tanggal 27 November wilayah Tanjung Pura itu mulai banjir termasuk pemukiman nya. Dari sejak itu sekolah diliburkan, karena selain pemukiman dilanda banjir, akses jalan menuju ke sekolah juga tergenang banjir.
"Hari ini mengambil rapor anak pak, mengambil rapor itu boleh anak didik sendiri, boleh orang tua atau wali boleh juga berdua anak dan orang tua. Saya terdampak banjir jadi sejak tanggal 27 November dimana air banjir mulai naik itu, anak saya mulai libur sekolah dan sekolah MTsN 1 Langkat ini jadi tempat pengungsian korban banjir," ujar Nurul seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, M Salim, Selasa (23/12).
Perlu diketahui saat pengambilan rapor tersebut masih terlihat tenda dapur umum dari Bekangdam 1/BB yang berdiri di halaman depan dan juga dihalaman dalam tampak pula kendaraan dapur umum Brimob Polda Sumatera Utara, ada juga tenda posko kesehatan Dokkes Polda Sumut, tenda tempat anak-anak bermain atau trauma healing bersama Polwan Polres Langkat dan tenda wifi gratis dari Polda Sumatera Utara.
Pemerintah Kabupaten Langkat mencatat banjir ini merupakan banjir terbesar dan terparah selama dua dekade. Tercatat ada 16 kecamatan di Kabupaten Langkat yang terdampak banjir, mengakibatkan sebanyak 142 desa dan 37 kelurahan terdampak. Dengan ketinggian air mencapai 1 hingga 3,5 meter. Banjir tersebut memakan korban jiwa sebanyak 13 jiwa, 122.480 kepala keluarga dengan jumlah jiwa lebih kurang 437.480 jiwa terdampak banjir.
Banjir tersebut juga merusak sebanyak 10.444 unit rumah, 55 unit rumah ibadah, 81 unit gedung sekolah, jalan sepanjang 55.050 meter dan jembatan 26 unit. Selanjutnya banjir juga merusak beberapa tanggul yang akhirnya jebol di beberapa titik. Lahan pertanian seluas 4.677 hektare dan sebanyak 17.299 ekor hewan ternak terdampak.




