Tim PKM-K UMK sulap limbah kulit jagung jadi peci pintar berteknologi AR dan Rakaat Tracker
Tim Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K) Universitas Muria Kudus (UMK) Jawa Tengah terus melakukan inovasi. Kali ini mereka menciptakan produk fashion ramah lingkungan berupa peci berbahan limbah kulit jagung yang dilengkapi teknologi Augmented Reality (AR) dan Rakaat Tracker. Inovasi ini tidak hanya mengusung nilai ekonomi dan estetika, tetapi juga memadukan unsur keberlanjutan dengan teknologi digital untuk mendukung gaya hidup Islami modern.

Sumber foto: Sutini/elshinta.com.
Sumber foto: Sutini/elshinta.com.
Tim Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K) Universitas Muria Kudus (UMK) Jawa Tengah terus melakukan inovasi. Kali ini mereka menciptakan produk fashion ramah lingkungan berupa peci berbahan limbah kulit jagung yang dilengkapi teknologi Augmented Reality (AR) dan Rakaat Tracker. Inovasi ini tidak hanya mengusung nilai ekonomi dan estetika, tetapi juga memadukan unsur keberlanjutan dengan teknologi digital untuk mendukung gaya hidup Islami modern.
Ketua Tim PKM-K UMK, Adilah Azzahroh menjelaskan, peci hasil karya mereka ini memanfaatkan limbah kulit jagung yang diolah menjadi bahan kain alami dengan tekstur lembut, kuat, dan nyaman digunakan. Melalui teknologi Augmented Reality, pengguna dapat memindai motif kebudayaan pada peci untuk mengakses informasi interaktif seputar kebudayaan dan edukasi ibadah.
Selain itu, fitur Rakaat Tracker berfungsi membantu pengguna dalam menghitung jumlah rakaat saat shalat, sehingga peci ini bukan sekadar aksesori, melainkan juga sarana ibadah yang inovatif. Ia mengaku, ide ini lahir dari kepedulian terhadap limbah pertanian yang melimpah di daerah Kudus dan sekitarnya.
Produk ini telah diperkenalkan secara resmi di lingkungan kampus Universitas Muria Kudus, dengan target utama mahasiswa dan dosen laki-laki sebagai pengguna awal. Melalui kegiatan sosialisasi dan uji coba, tim berharap peci ini dapat diterima luas dan menjadi contoh nyata inovasi religius berbasis teknologi di kalangan civitas akademika UMK.
“Kami melihat limbah kulit jagung sering terbuang begitu saja, padahal memiliki potensi besar jika diolah dengan tepat. Dari situ kami berpikir untuk menggabungkannya dengan teknologi agar tercipta produk yang bermanfaat, bernilai jual, dan berwawasan lingkungan,” ungkapnya seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Sutini, Kamis (16/10).
Ia menambahkan, melalui program PKM-K ini, timnya tidak hanya berfokus pada pengolahan bahan dan desain produk, tetapi juga pada aspek digitalisasi pemasaran melalui platform berbasis Augmented Reality.
Tim PKM-K UMK berharap dapat membuka peluang kewirausahaan baru bagi mahasiswa dan masyarakat, sekaligus mendorong pemanfaatan limbah pertanian menjadi produk eco-friendly berbasis teknologi. Peci pintar ini diharapkan menjadi simbol kolaborasi antara tradisi, inovasi, dan keberlanjutan lingkungan yang dapat bersaing di pasar nasional maupun internasional.
Dosen pembimbing, Savitri Wanabuliandari, mengapresiasi semangat inovatif mahasiswanya dalam menciptakan produk yang menggabungkan kearifan lokal, teknologi, dan nilai religius.
“Karya ini menunjukkan bahwa mahasiswa tidak hanya kreatif, tetapi juga peka terhadap isu lingkungan dan kebutuhan masyarakat modern. Harapannya, produk ini bisa menjadi inspirasi bagi inovasi hijau dan religius di kalangan generasi muda,” ujarnya.