Top
Begin typing your search above and press return to search.

Wisuda Untidar ke-72, hadirkan kisah tangguh wisudawan berprestasi

Universitas Tidar Magelang Jateng menggelar prosesi Wisuda untuk jenjang Sarjana dan Ahli Madya Periode ke-72 Tahun 2025 di Gedung Kuliah Umum dr Suparsono, Sabtu (13/12).

Wisuda Untidar ke-72, hadirkan kisah tangguh wisudawan berprestasi
X

Universitas Tidar Magelang Jateng menggelar prosesi Wisuda untuk jenjang Sarjana dan Ahli Madya Periode ke-72 Tahun 2025 di Gedung Kuliah Umum dr Suparsono, Sabtu (13/12).

Wisuda kali ini diikuti sebanyak 425 lulusan dari 18 program studi dan 5 fakultas yaitu Fakultas Ekonomi, Fakultas Pertanian, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Fakultas Teknik, dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Rektor Untidar, Prof. Dr. Sugiyarto, dalam sambutannya menyampaikan, semakin banyak mahasiswa berasal dari berbagai penjuru nusantara. “Ini berarti bahwa Universitas Tidar sudah dikenal di penjuru Indonesia dan kita patut bangga. Ananda adalah bukti keberagaman lintas budaya,” tuturnya.

Rektor mengatakan, bahwa keberagaman tersebut harus dapat dimanfaatkan sebagai jaringan untuk kolaborasi lintas budaya, serta disiplin ilmu. "Saya tentu mengharapkan para wisudawan dapat terus memegang budaya TIDAR (tangguh, integratif, dedikatif, aktif, dan responsif) yang berlandaskan nilai-nilai budaya luhur," ujarnya.

Dalam kesempatan itu, dikukuhkan 22 wisudawan dengan pujian, salah satunya Dias Rizki yang menjadi wisudawan terbaik pada periode ini. Mahasiswa S1 Pendidikan Biologi dengan IPK 3,87 dan lama studi 3 tahun 9 bulan 10 hari itu merupakan putra pertama dari keluarga sederhana di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.

Diberi kesempatan untuk berbicara, Dias Rizki, menyampaikan rasa terimakasih pada perjuangan keluarga besarnya. Ia mengungkapkan makna wisuda yang tidak hanya menjadi capaian akademik, tetapi juga kemenangan bagi orang tuanya.


“Saya berasal dari keluarga yang sederhana. Meskipun Ayah dan Ibu tidak berkesempatan menempuh pendidikan tinggi, dari merekalah saya belajar tentang arti perjuangan, ketulusan, dan pantang menyerah. Oleh karena itu, saya menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayah, Bapak Hanudin, atas kerja keras dan doa yang tulus, serta kepada Ibu Nani Pujiatun, atas kasih sayang dan pengorbanan tiada henti.” ungkapnya penuh haru.

Perjalanan kuliah Dias ditempuh dengan penuh pengorbanan. Ayahnya bekerja sebagai penjual sate keliling dan tidak menamatkan pendidikan dasar, sementara ibunya, lulusan SMP, bekerja sebagai TKW di Taiwan sejak Dias duduk di bangku kelas 11 SMA. Ibunya bahkan pulang mengambil cuti hanya untuk menghadiri momen wisuda putra sulungnya.

Ketika tidak lolos KIPK, Dias tetap melanjutkan kuliah dengan biaya yang ditanggung ibunya. Untuk meringankan beban keluarga, sejak semester 3, ia bekerja sebagai penjaga warung pecel lele hingga mengajar di beberapa bimbel seperti Savana Course, Bimbel Hilmi, dan Ruangguru Magelang. Ia mengajar biologi untuk SMA dan IPA SMP.


“Pernah dalam satu hari saya kuliah, lalu mengajar di dua bimbel sekaligus sampai malam. Cukup capek, tapi senang karena dapat uang dari usaha sendiri,” tuturnya seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Kurniawati, Senin (15/12).

Di tengah proses menjelang wisuda, Dias lolos beasiswa wirausaha satu tahun dari TJSL PT. Pegadaian yang bekerja sama dengan Young Entrepreneur Academy (YEA). Beasiswa ini mencakup biaya pendidikan, biaya hidup, serta tempat tinggal selama enam bulan pelatihan di Bandung dan Cimahi. Program tersebut mendorongnya mengembangkan usaha kuliner, hingga kini ia bersama empat rekannya membuka outlet bakso dengan diferensiasi bakso kuah keju, yang baru berjalan sepekan.


“Setelah enam bulan masa pelatihan selesai, saya akan kembali ke kota asal dan membuka outlet baru. Kemungkinan di Yogyakarta, Semarang, atau Magelang,” ujarnya.


Rencana ini menjadi langkah besar Dias dalam membangun kemandirian ekonomi pasca lulus.


Meski semakin aktif di dunia bisnis, Dias tetap memiliki ketertarikan pada dunia pendidikan. Ia terlibat dalam penelitian dan pengabdian bersama dosen, menghasilkan beberapa publikasi ilmiah. Ke depan, setelah usaha berjalan stabil, ia berencana melanjutkan pendidikan ke PPG atau S2.


Orang tua Dias berharap putra mereka dapat hidup lebih baik dan menjadi panutan bagi adiknya. “Harapannya bisa mengamalkan semua ilmu yang didapat, menjadi bekal panutan bagi adik saya. Tentunya ingin melihat saya berhasil dan sukses, jangan sama seperti orang tua saya.” ungkapnya.


Dengan tekad, usaha, dan prestasi yang konsisten, Dias Rizki menjadi inspirasi bagi mahasiswa Untidar bahwa keterbatasan bukan hambatan untuk meraih pendidikan tinggi dan menghadirkan perubahan bagi keluarga.

Sumber : Radio Elshinta

Related Stories
Next Story
All Rights Reserved. Copyright @2019
Powered By Hocalwire