Yayasan UID Bali rayakan Hari Literasi Internasional bersama anak sekolah
Yayasan Upaya Indonesia Damai atau lebih dikenal sebagai United In Diversity (UID), lembaga nirlaba terkemuka yang berkomitmen membangun jembatan untuk pembangunan berkelanjutan, sukses menyelenggarakan acara spesial untuk menandai ulang tahun pertama instalasi HATI.

Sumber foto: Eko Sulestyono/elshinta.com.
Sumber foto: Eko Sulestyono/elshinta.com.
Yayasan Upaya Indonesia Damai atau lebih dikenal sebagai United In Diversity (UID), lembaga nirlaba terkemuka yang berkomitmen membangun jembatan untuk pembangunan berkelanjutan, sukses menyelenggarakan acara spesial untuk menandai ulang tahun pertama instalasi HATI.
Bertajuk Satu tahun HATI, Kisah Abadi yang dilaksanakan melalui lokakarya ini berlangsung di Three-Mountains, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura Kura Bali. Acara ini merayakan kekuatan koneksi antarmanusia dan bertepatan dengan peringatan Hari Literasi Internasional. Instalasi HATI, simbol kuat dari misi UID, diciptakan sebagai ruang sakral untuk mendengarkan dengan sepenuh hati. Instalasi ini mewujudkan harapan dan impian bersama dari beragam latar belakang, termasuk barang pribadi yang disumbangkan oleh mendiang Paus Fransiskus, yang meresmikan instalasi ini selama kunjungan bersejarahnya ke Indonesia.
Dengan mengintegrasikan berbagai materi dan suara yang beragam, HATI menjadi bukti kekuatan koneksi antarmanusia dan tanggung jawab kolektif kita untuk menjaga lingkungan.
“Peringatan ulang tahun ini adalah momen untuk menegaskan kembali keyakinan UID bahwa solusi yang langgeng untuk tantangan global dimulai dengan tindakan sederhana namun mendalam, yaitu saling mendengarkan,” kata Nimas Mega Purnama Sari, Direktur Hubungan Masyarakat dan Komunikasi Pemasaran di Yayasan UID, Kamis (4/9).
“HATI mengingatkan kita bahwa saat kita terhubung dengan empati, kita membuka kreativitas dan pemahaman bersama. Dengan mempertemukan anak-anak dan para tokoh masyarakat, kami berinvestasi untuk masa depan yang dibangun di atas kasih sayang dan kolaborasi,” tegasnya.
Acara ini secara langsung mengatasi tantangan sosial marginalisasi dan peran penting literasi dengan melibatkan lebih dari 100 peserta, termasuk anak-anak dari Desa Serangan, anak-anak asuh dari Dinas Sosial Kota Denpasar, dan pemuda dari berbagai yayasan di seluruh Bali.
“Mari bergerak, melangkah, melihat, dan mendengarkan bersama untuk kehidupan yang lebih baik. Kita disatukan oleh HATI untuk jutaan cerita cinta dan kasih sayang,” tambahnya,” kata I Gusti Ayu Laxmy Saraswati, Kepala Bidang Pengembangan Dinas Sosial, Pemerimtah Kota Denpasar.
Agenda lokakarya dirancang dengan cermat untuk mendorong refleksi bersama dan menginspirasi aksi kolektif. Anak-anak berpartisipasi dalam sesi kreatif, termasuk membuat boneka kaus kaki untuk menumbuhkan kreativitas lokal.
“Kami juga mengundang seorang pendongeng, Kak Lia dari Kampung Dongeng Bali, yang berbagi cerita tentang sejarah Selat Bali. Melalui lokakarya ini, kami berharap dapat memicu ekspresi imajinatif dan menumbuhkan rasa bangga akan budaya,” tambahnya seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Eko Sulestyono, Kamis (4/9).
Sementara itu, orang tua, wali, dan media turut hadir ke dalam HATI Polihedra untuk sesi refleksi yang mencakup lokakarya menutup mata (blindfold workshop) untuk memperdalam empati dan pemahaman.
Jangkar emosional yang kuat disediakan melalui pembacaan surat harapan yang ditulis oleh anak-anak. Acara ini diakhiri dengan pameran kolektif di mana anak-anak mempresentasikan boneka mereka dan berbagi cerita, melambangkan jalinan kegembiraan antar-generasi dan kekuatan dialog.
“Hari ini, kita merayakan ulang tahun HATI, memasuki HATI yang kalian buat, dan bukan hanya ia (Paus Fransiskus) yang merasa emosional, masuk dan melihat kalian serta apa yang telah kalian lakukan, tetapi dia juga meninggalkan mimpinya di sana,” jelas Jose Maria del Coral, Presiden Scholas Occurrentes, dalam pidato pembukannnya.
Yayasan UID bangga bermitra dengan organisasi seperti Scholas Occurrentes, yang membawa misinya untuk menciptakan Budaya Perjumpaan” (Culture of Encounter) dan Dinas Sosial Kota Denpasar, yang memberikan panduan dan koneksi penting ke komunitas yang dilayani oleh acara tersebut.
Sementara itu sebagai informasi, Yayasan United In Diversity (UID) memfasilitasi para pemimpin tiga sektor dalam menciptakan dan menerapkan solusi berkelanjutan untuk tantangan terbesar di kawasan ini.
Selama 22 tahun berkomitmen membangun kepercayaan demi keberlanjutan masa depan bersama sebagai organisasi nirlaba, UID berdedikasi untuk transformasi sistemik melalui inovasi sosial, yang dicapai dengan memelihara kepemimpinan berbasis kesadaran dan mengadvokasi tata kelola pemerintahan sendiri.
Visi UID adalah Indonesia yang bersatu dan damai melalui sinergi antar berbagai komponen masyarakat Indonesia dan dunia internasional.
Misi UID Bali adalah melayani sebagai platform pendidikan dan bertindak sebagai katalis untuk membangun kepercayaan dan kerjasama antara bisnis, sektor publik, dan masyarakat sipil melalui proses pembelajaran untuk masa depan bersama yang berkelanjutan.
Didirikan oleh Paus Fransiskus, Scholas Occurrentes adalah gerakan pendidikan global yang mempromosikan perdamaian, integrasi, dan pemberdayaan kaum muda melalui seni, olahraga, dan teknologi.
Scholas Occurrentes di Indonesia telah bekerja untuk mempromosikan pendidikan untuk perdamaian, dialog antaragama, dan pemberdayaan kaum muda.
Bekerjasama dengan mitra lokal seperti Yayasan United in Diversity, Scholas telah memprakarsai program-program yang mempertemukan kaum muda dari berbagai latar belakang budaya dan agama untuk terlibat dalam dialog, ekspresi artistik, dan kegiatan pembangunan komunitas.
Upaya mereka bertujuan untuk menumbuhkan saling pengertian, perkembangan emosional, dan kewarganegaraan aktif, berkontribusi pada masyarakat yang lebih harmonis dan inklusif.