Gus Dur dianugerahi Pahlawan Nasional, PKB Bekasi ucapkan syukur
Pemerintah Indonesia menetapkan 10 Pahlawan Indonesia di momen Hari Pahlawan. Salah satu yang menjadi pahlawan Indonesia adalah Presiden ke-4 RI, KH Abdurrahman Wahid atau yang lebih dikenal dengan Gus Dur.

Sumber foto: Hamzah Aryanto/elshinta.com.
Sumber foto: Hamzah Aryanto/elshinta.com.
Pemerintah Indonesia menetapkan 10 Pahlawan Indonesia di momen Hari Pahlawan. Salah satu yang menjadi pahlawan Indonesia adalah Presiden ke-4 RI, KH Abdurrahman Wahid atau yang lebih dikenal dengan Gus Dur.
Dalam penetapan tersebut, DPC PKB Kota Bekasi menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Indonesia atas penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada Gus Dur, yang juga merupakan deklarator Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
“Kami merasa bangga dan bersyukur atas penetapan Gus Dur sebagai Pahlawan Nasional,” kata Ketua DPC PKB Kota Bekasi, Rizki Topananda, Selasa (11/11/2025).
Ia menjelaskan penganugerahan tersebut memiliki makna mendalam bagi seluruh kader PKB, mengingat
Gus Dur tidak hanya dikenal sebagai pemimpin nasional, tetapi juga tokoh yang merumuskan fondasi gerakan politik kebangsaan melalui PKB.
“Beliau adalah deklarator PKB dan tokoh besar yang membangun nilai dasar perjuangan partai,” ungkapnya.
Ia menegaskan bahwa DPC PKB Kota Bekasi merasa memiliki tanggung jawab moral sebagai penerus perjuangan Gus Dur, terutama dalam menjaga nilai demokrasi, kemanusiaan, dan keberagaman.
“Kami sebagai generasi penerus berkewajiban meneruskan nilai-nilai besar Gus Dur untuk bangsa,” ujarnya.
Menurut Rizki, Gus Dur telah mewariskan pemikiran luas tentang pluralisme dan moderasi beragama yang hingga kini menjadi ruh perjuangan PKB di setiap tingkatan kepengurusan partai.
“Ide besar beliau dalam mengawal bangsa sangat luar biasa dan relevan hingga saat ini,” tuturnya.
Rizki mengungkapkan bahwa Gus Dur tidak sekadar tokoh politik, melainkan figur yang memandang kekuasaan sebagai sarana untuk melindungi kelompok rentan dan menegakkan nilai kesetaraan.
“Beliau mengajarkan bahwa politik bukan sekadar perebutan kekuasaan, melainkan perjuangan kemanusiaan,” ungkapnya.
Sebagai bentuk rasa syukur atas penetapan gelar Pahlawan Nasional tersebut, DPC PKB Kota Bekasi berencana untuk menggelar kegiatan tasyakuran dan doa bersama. Acara ini juga disertai diskusi publik tentang perjalanan Gus Dur dalam memperjuangkan demokrasi dan hak-hak warga negara.
“Kami akan mengadakan tasyakuran, doa bersama, serta dialog kajian tentang perjalanan hidup Gus Dur,” jelas Rizki seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Hamzah Aryanto, Rabu (12/11).
Kegiatan tersebut rencananya melibatkan para kiai, tokoh masyarakat, akademisi, pemuda, serta simpatisan PKB agar nilai-nilai yang diajarkan Gus Dur dapat terus dipahami dan diamalkan lintas generasi.
“Kami ingin masyarakat luas ikut merasakan dan memahami jejak pemikiran Gus Dur,” katanya.
Rizki mengingatkan bahwa keberanian Gus Dur mengambil keputusan besar, seperti pengakuan resmi terhadap agama Konghucu, merupakan bukti nyata bagaimana nilai kemanusiaan ditempatkan di atas segala kepentingan politik.
“Beliau berani mengakui kembali Konghucu sebagai agama resmi negara, demi kemanusiaan,” ujarnya.
Oleh karena itu menurutnya keputusan-keputusan tersebut menjadikan Gus Dur dihormati lintas agama dan golongan, bahkan hingga setelah wafatnya. Banyak kelompok minoritas merasa terlindungi karena perjuangan Gus Dur bagi hak-hak sipil masyarakat.
“Kehangatan dan keberpihakan beliau tetap dirasakan hingga kini,” tutur Rizki.
DPC PKB Kota Bekasi juga mengikuti arahan DPP PKB yang meminta seluruh kader di tingkat daerah untuk menyelenggarakan kegiatan positif sebagai bentuk penghormatan atas jasa Gus Dur.
“DPP mengarahkan agar seluruh struktur PKB melakukan tasyakuran dan kegiatan edukatif tentang perjuangan Gus Dur,” ujarnya.
Selain agenda internal, PKB Kota Bekasi berencana membuka ruang diskusi bagi masyarakat umum agar warisan pemikiran Gus Dur dapat dijadikan inspirasi dalam kehidupan sosial maupun pemerintahan lokal.
“Kami ingin gagasan besar beliau dapat diterjemahkan dalam kebijakan di daerah,” tuturnya.
Diketahui, Gus Dur dikenal sebagai tokoh pluralisme dunia, pemimpin tertinggi Nahdlatul Ulama, cendekiawan, budayawan, dan Presiden Republik Indonesia ke-4 yang memimpin pada periode 1999–2001.
Ia lahir pada 7 September 1940 dari keluarga pesantren dan tumbuh sebagai pemikir besar yang memperjuangkan demokrasi, hak asasi manusia, dan kebebasan beragama.
Sejarah mencatat, Gus Dur membuka ruang kebangsaan bagi kelompok minoritas, mencabut berbagai aturan diskriminatif, hingga mengembalikan eksistensi agama Konghucu di Indonesia. Ia dikenal dengan semboyan kemanusiaannya yang tegas: “Tidak penting apa agamamu, yang penting kamu berbuat baik”. (hmz)




