Top
Begin typing your search above and press return to search.

Idrus Marham Kecam serangan Rasis ke Bahlil: Cedera semangat Sumpah Pemuda

Waketum Golkar Idrus Marham kecam serangan rasis ke Bahlil Lahadalia. Tegaskan hal itu cedera semangat Sumpah Pemuda dan rusak solidaritas sosial bangsa.

Idrus Marham Kecam serangan Rasis ke Bahlil: Cedera semangat Sumpah Pemuda
X

Elshinta/ ADP

Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bidang Kebijakan Publik, Idrus Marham, mengecam keras serangan bernuansa rasis dan diskriminatif terhadap Ketua Umum Partai Golkar sekaligus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia.

Idrus menilai, serangan tersebut bukan lagi kritik, melainkan bentuk penghinaan terhadap nilai moral, etika kemanusiaan, dan semangat kebangsaan yang telah diperjuangkan para pendiri bangsa.

“Ini bukan lagi persoalan pribadi. Ini sudah menyangkut masalah moral keagamaan, etika kemanusiaan, akal sehat, dan martabat manusia,” ujar Idrus di Jakarta, Selasa (28/10/2025).

Ia menegaskan, ujaran rasis semacam itu berpotensi mengganggu persatuan dan merusak solidaritas sosial, terlebih di momentum Hari Sumpah Pemuda yang menegaskan tekad bertumpah darah satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu: Indonesia.

“Kalau ini dibiarkan, cara-cara seperti itu akan mencederai semangat persatuan, solidaritas sosial, dan keharmonisan hidup berbangsa,” tegasnya.

Menurut Idrus, demokrasi semestinya menjadi ruang adu gagasan dan kualitas, bukan arena untuk menjatuhkan seseorang berdasarkan asal-usul atau identitas primordial.

“Demokrasi harus dibangun di atas ide dan kualitas, bukan pendekatan rasial. Jangan bersembunyi di balik rasisme untuk mendiskreditkan orang lain,” ujarnya.

Hal senada disampaikan Sekretaris Bidang Sekretariat Badan Saksi Nasional Partai Golkar (BSNPG), Azhar Adam, yang menekankan pentingnya membedakan kritik dan penghinaan.

“Kritik adalah tanda sehatnya demokrasi. Tapi jika berubah menjadi cemoohan rasial, itu bukan lagi ekspresi intelektual, melainkan pelecehan terhadap akal sehat dan semangat Sumpah Pemuda,” kata Azhar.

Bahlil Tetap Fokus Bangun Kemandirian Energi

Di tengah serangan personal yang bernada rasis, Bahlil Lahadalia memilih tetap fokus pada tugasnya sebagai Menteri ESDM.

Dalam berbagai kesempatan, ia menegaskan pentingnya hilirisasi pertambangan yang berkeadilan bagi daerah penghasil dan masyarakat lokal.

“Hilirisasi ke depan harus berkeadilan bagi daerah, UMKM, dan masyarakat lokal. Mereka harus menjadi tuan di negeri sendiri,” ujar Bahlil saat Jakarta Geopolitical Forum (JGF) 2025.

Data Kementerian ESDM menunjukkan, kebijakan hilirisasi dua tahun terakhir menciptakan 276.000 lapangan kerja baru dan meningkatkan nilai tambah ekspor hingga 38 persen.

Sementara lifting minyak nasional naik dari 580.000 barel per hari (2023) menjadi 619.000 barel (2025), melampaui target APBN.

Di sektor gas, konsumsi nasional mencapai 8–9 juta ton LPG per tahun, sementara produksi baru 1,3 juta ton. Bahlil menekankan pentingnya investasi teknologi untuk memperkuat produksi dalam negeri.

Kebijakan penghentian ekspor nikel mentah pun terbukti efektif: nilai ekspor melonjak dari US$3,3 miliar (2018) menjadi sekitar US$40 miliar (2025).

“Sekarang nilai tambahnya kembali ke rakyat, bukan hanya ke eksportir bahan mentah,” tegasnya.

Capaian dan Apresiasi Publik

Capaian sektor energi juga berkontribusi besar terhadap penerimaan negara. Hingga semester I-2025, PNBP sektor energi mencapai Rp183,3 triliun, atau 71,99 persen dari target tahunan.

Investasi sektor ESDM pun naik 8,5 persen menjadi US$17,2 miliar, dengan dominasi subsektor migas sebesar US$10,22 miliar.

Survei ARCI menunjukkan 75,5 persen warga Jawa Timur puas terhadap kinerja Bahlil, terutama dalam menjaga kemandirian energi dan mengembangkan energi baru terbarukan (EBT).

“Warga menilai kebijakan energi pemerintah berjalan baik dan berpihak pada kemandirian nasional,” ujar Direktur ARCI, Baihaki Sirajt.

Menjaga Etika, Menjaga Martabat

Menutup pernyataannya, Idrus mengingatkan bahwa bangsa besar bukan hanya diukur dari kekuatan ekonomi atau sumber daya, tetapi dari kemampuannya menjaga etika dan martabat kemanusiaan.

“Sampaikan pemikiran dengan cara berpikir. Tegakkan kebenaran dengan cara yang benar. Demokrasi harus dijalankan dengan cara yang demokratis,” ujarnya.

Idrus menilai, membiarkan serangan rasis di ruang publik sama saja dengan membuka jalan bagi lunturnya etika berbangsa.

“Meme atau cibiran bernada rasis melelahkan harga diri kita sebagai bangsa. Membiarkannya berarti menurunkan martabat kita sendiri,” pungkasnya.


(Arie Dwi Prasetyo)

Sumber : Radio Elshinta

Related Stories
Next Story
All Rights Reserved. Copyright @2019
Powered By Hocalwire