47 kelompok seni iringi Kirab Pusaka Keris di Trenggalek
Sebanyak 47 kelompok kesenian mengiringi Kirab Pusaka Keris dalam rangka memperingati 20 tahun penetapan keris sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) UNESCO di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, Selasa.

Sumber foto: Antara/elshinta.com.
Sumber foto: Antara/elshinta.com.
Sebanyak 47 kelompok kesenian mengiringi Kirab Pusaka Keris dalam rangka memperingati 20 tahun penetapan keris sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) UNESCO di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, Selasa.
Rangkaian kirab tersebut membuka Pameran Keris yang dijadwalkan berlangsung tiga hari di Pendopo Manggala Praja Nugraha.
Kirab pusaka berangkat dari pelataran Pasar Pon menuju Pendopo Kabupaten Trenggalek, menampilkan beragam seni tradisi, seperti jaranan, tiban, dan tari-tarian daerah.
Sejumlah pusaka diarak, mulai dari keris milik Bupati Trenggalek, pusaka pemerintah daerah, hingga pusaka-pusaka yang berasal dari desa-desa di seluruh kecamatan.
Dalam pameran ini, turut dipamerkan Keris Presiden Prabowo Subianto serta dua keris milik Menteri Kebudayaan Fadli Zon.
Setibanya di kawasan Tugu Pancasila, rombongan kirab menyerahkan beberapa pusaka secara simbolis kepada Sekretaris Daerah Trenggalek Edy Soepriyatno dan jajaran forkopimda sebelum prosesi dilanjutkan ke area pendopo.
Sekda Edy menegaskan bahwa kirab pusaka tahun ini menjadi peristiwa penting untuk meneguhkan komitmen pelestarian budaya lokal.
"Kirab pusaka ini menekankan bagaimana kearifan lokal menjaga keris sebagai peninggalan sejarah. Kita patut bangga karena keris menjadi bagian dari catatan UNESCO," ujarnya.
Ia menambahkan bahwa keris memiliki nilai filosofi yang tinggi dan perlu diwariskan.
"Keris harus kita uri-uri agar ke depan menjadi pegangan hidup yang sarat makna," katanya.
Ketua DPRD Trenggalek Doding Rahmadi menyampaikan apresiasi terhadap antusiasme para pelaku seni dan budaya dalam acara tersebut.
"Hari ini sekitar 47 kelompok kesenian turut meramaikan kirab pusaka. Momentum ini menjadi ajang konsolidasi pelaku budaya untuk hidup rukun dan melestarikan tradisi," ujarnya.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Trenggalek Edi Santoso menilai kegiatan ini memiliki potensi besar untuk pengembangan pariwisata sekaligus pelestarian budaya.
"Kegiatan ini sangat potensial mendongkrak daya tarik wisata. Yang tidak kalah penting adalah nguri-nguri budaya agar masyarakat tetap ingat dan ikut melestarikan," katanya.
Ia berharap, kegiatan kirab pusaka menjadi agenda rutin.
"Meskipun baru pertama kali digelar, semoga dapat terus berlanjut dan tidak vakum di tahun-tahun mendatang," ujarnya.




