Top
Begin typing your search above and press return to search.

Art Smara, pameran seni di akhir tahun. pertama digelar di Majalengka

Di tengah kemajuan zaman, setiap orang seakan dipaksa untuk terus berlari setiap saat. Tidak ada waktu sedikitpun untuk beristirahat, seakan-akan kiamat akan segera datang jika berhenti.

Art Smara, pameran seni di akhir tahun. pertama digelar di Majalengka
X

Sumber foto: Enok Carsinah/elshinta.com.

Di tengah kemajuan zaman, setiap orang seakan dipaksa untuk terus berlari setiap saat. Tidak ada waktu sedikitpun untuk beristirahat, seakan-akan kiamat akan segera datang jika berhenti.

Padahal, dengan segala energi yang dimiliki, manusia memiliki keterbatasan. Tubuh memerlukan waktu untuk rehat, mengembalikan tenaga yang telah terpakai.

Sifat manusiawi itu ditangkap betul oleh seniman lukis Syaitor. Lewat goresan acrylic di atas kanvas, Syaitor menyampaikan pesan bahwa manusia memiliki hak untuk beristirahat. Ajakan itu disampaikan Syaitor lewat karya lukis berjudul 'bukan robot.'

"Dengan kata lain, bahwa kita ini manusia yang punya rasa lelah," kata Syaitor, saat berbincang tentang salah satu karyanya dalam pameran Resonance, yang digagas JaF, di Hotel Metland Smara Kertajati, Sabtu (20/12/2025)

Karya Bukan Robot dengan ukuran 130x130 sentimen, mengambil simbol kuda sebagai media. Lukisan kuda yang hanya terlihat dari bagian leher ke kepala itu, terlihat menumbuk sebuah palang berwarna merah, dengan dibubuhi kalimat 'kamu dilarang capek.'

"Kuda kan sering digunakan untuk menunjukkan pekerja keras, atau memiliki tenaga yang kuat. Sehingga ada istilah tenaga kuda. Makanya, saya pake gambar kuda, meskipun hanya bagian leher ke kepala aja," jelas dia seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Enok Carsinah, Senin (22/12).

Syaitor kembali menuturkan pesan yang ingin disampaikan lewat karya dengan judul 'Bukan Robot' itu. Bagi Syaitor, setiap orang, khususnya era sekarang, memang harus bekerja keras.

"Tapi ada saatnya juga kita beristirahat. Bercengkrama dengan keluarga. Dan waktu istirahat, bercengkrama itu sebenarnya bisa jadi energi baru untuk kita berlari lagi," papar dia.

Tidak hanya karya lukis saja. Dalam pameran yang berlangsung dari 20 Desember-3 Januari 2026 itu, juga dipamerkan karya yang berasal dari terakota.

Karya Subita berjudul Sudut pandang, adalah salah satu yang mencuri perhatian dari banyak pengunjung. Dengan menggunakan traditional terracotta variable dimension, Subita seakan-akan ingin mengajak pengunjung untuk melihat sekitar dari berbagai sudut.

Dengan posisi duduk serta tangan melingkar di kaki, sang seniman seperti ingin mengajak untuk mengkaji lebih dalam setiap fenomena yang terjadi. Dengan demikian, keputusan apapun yang diambil, bisa benar-benar dipertanggungjawabkan.

Sementara itu, pameran Resonance sendiri menjadi sejarah dalam perjalanan seni rupa di Kabupaten Majalengka. Hal itu lantaran pameran yang digagas JaF dan Metland Smara Kertajati itu menjadi yang pertama dilaksanakan di daerah ini.

Ginggi Syar Hasyim selaku promotor dan kurator menjelaskan, kondisi Kabupaten Majalengka saat ini, menjadi latar belakang digelarnya pameran tersebut.

"Kami teh merasa sedang dalam perubahan yang cukup drastis. Perubahan kota dan sebagainya. Maka semua orang harus bergerak. Menguatkan wilayah, karakter dan sebagainya. Dari berbagai disiplin (latar belakang)," kata Ginggi.

Melihat perubahan yang dinilai melaju cukup drastis, kata Ginggi, mau tidak mau, harus mampu mengikutinya. Ginggi tidak memungkiri, akan diperlukan kerja keras untuk bisa mengimbangi perubahan itu.

"Kami dari kelompok Seniman, penggerak kebudayaan dan sebagainya, teman-teman pengusaha, hotel, restoran. Apapun lah. Semuanya harus berusaha keras. Agar bisa ikut, mengikuti perubahan-perubahan yang pasti akan asing buat kita. Terutama tentang bagaimana seni dan budaya (ke depan)," jelas dia.

"Kebetulan JaF dekat dengan Metland. Dan Metland pun support, sangat interest terhadap bagaimana mengembangkan potensi lokal. Dari situ kemudian kami menggagas apa yang disebut Art Smara, pameran seni di akhir tahun. Penginnya sih ini jadi agenda tahunan. Sama seperti Art Bali, ada Jakarta. Ini itung-itung pemanasan lah," lanjut dia.

Sumber : Radio Elshinta

Related Stories
Next Story
All Rights Reserved. Copyright @2019
Powered By Hocalwire