CHANDI hadirkan pemudi Palestina suarakan perdamaian lewat budaya
Kementerian Kebudayaan dalam forum internasional Culture, Heritage, Art, Narrative, Diplomacy, and Innovation (CHANDI) 2025 menghadirkan anak muda Palestina untuk menyuarakan perdamaian lewat budaya.

Sumber foto: Antara/elshinta.com.
Sumber foto: Antara/elshinta.com.
Kementerian Kebudayaan dalam forum internasional Culture, Heritage, Art, Narrative, Diplomacy, and Innovation (CHANDI) 2025 menghadirkan anak muda Palestina untuk menyuarakan perdamaian lewat budaya.
“Ya memang suara anak muda itu harus kita dengar, dan tadi pemikiran-pemikirannya murni ya, bagaimana budaya itu bisa menjadi jembatan menuju perdamaian,” kata Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon.
Menbud di Denpasar, Bali, Rabu, mengatakan diplomasi kebudayaan adalah alat yang ampuh untuk membangun perdamaian dan pembangunan berkelanjutan.
Saat ini dunia sedang menghadapi tantangan yang sangat kompleks seperti ketegangan geopolitik dan melihat kondisi di Palestina.
Isu-isu tersebut menuntut solusi yang melampaui pendekatan tradisional seperti menggunakan budaya untuk mempersatukan, melampaui batas bahasa dan perbedaan karena budaya menghubungkan orang-orang melalui kisah, nilai, dan ekspresi bersama, yang mengingatkan akan kemanusiaan.
“Ekspresi budaya itu adalah bagian yang hidup, walaupun secara fisik misalnya Palestina itu mau dihancurkan tapi budayanya akan tetap hidup di bawa oleh manusianya,” ujar Fadli Zon.
Anak muda Palestina Jana Abusalha dalam pidatonya yang bertema Role of Youth in Fostering Peace Through Culture menyampaikan bahwa peran pemuda dalam membangun perdamaian melalui budaya sudah tidak bisa ditunda.
“Kaum muda adalah pemimpin hari ini arsitek masa depan, budaya adalah bahasa masa depan yang akan terus dibagikan lintas generasi dan bangsa, maka melalui budaya, anak muda dapat menjembatani perbedaan,” ucapnya.
Ia meyakini budaya adalah penawar paling kuat terhadap perpecahan, di mana setiap lagu, tarian, dan festival di tengah krisis adalah cara damai warga negaranya untuk mengatakan kepada dunia bawa Palestina ada dan akan terus ada.
Seperti saat CHANDI 2025, ia memakai kain khas Palestina sebagai syal, Jana ingin delegasi dari 40 negara yang hadir di Bali melihat budaya yang mereka miliki.
“Saya merasa harus membawa sesuatu dari Palestina, saya perlu merangkul budaya, maka topik tentang anak muda yang merangkul budaya ini sungguh menyentuh hati karena berbicara tentang bangsa saya sendiri, penderitaan saya sendiri,” ujarnya.
“Jadi pesan saya kepada seluruh pemuda di dunia tolong, rangkullah budayamu sendiri, itu adalah bahasamu, identitasmu, pegang lah erat-erat dalam hati,” sambung gadis berusia 19 tahun itu.
Kepada media, Jana Abusalha bercerita bahwa satu bulan lalu kali terakhir ia di Palestina situasi sangat tidak baik, bahkan kehancuran tidak hanya terjadi di Gaza melainkan juga di tepi barat Palestina, tempat tinggalnya.
Namun ia harus tetap melanjutkan misi beasiswanya yang diberikan Presiden Prabowo Subianto untuk belajar di Universitas Pertahanan.
Oleh karena itu selain menyuarakan budaya sebagai pemersatu di situasi buruk Palestina, ia juga mendukung rencana pemerintah Indonesia untuk mengevakuasi warga Palestina ke tanah air.
“Ini adalah langkah yang luar biasa dari pemerintah Indonesia, saya tahu Indonesia punya sejarah yang indah dengan Palestina, Indonesia mencintai rakyat Palestina, benar-benar membantu, dan saya sangat menghargai hal itu, saya sangat mencintai negeri ini jadi mari berharap masa depan yang lebih baik bagi Indonesia dan Palestina,” kata Jana.