ISI Surakarta gelar Pameran Stories of Me, suarakan resiliensi remaja melalui fotografi
Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta menggelar pameran foto “Stories of Me: Resiliensi pada Remaja melalui Fotografi”, sejak Kamis (20/11/2025) di Tafata Art Hub, Surakarta.

Sumber foto: Agung Santoso/elshinta.com.
Sumber foto: Agung Santoso/elshinta.com.
Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta menggelar pameran foto “Stories of Me: Resiliensi pada Remaja melalui Fotografi”, sejak Kamis (20/11/2025) di Tafata Art Hub, Surakarta. Pameran ini menjadi bagian dari Program Inovasi Seni Nusantara (PISN) 2025 yang didukung Kemendiktisaintek, dan menghadirkan karya-karya remaja Surakarta yang mengangkat isu kesehatan mental serta pengalaman perundungan melalui bahasa visual. Dalam hal ini, Rektor ISI Surakarta, Dr. Bondet Wrahatnala, menegaskan bahwa pameran ini lahir dari kepedulian terhadap meningkatnya kasus gangguan kesehatan mental pada remaja.
"Ini situasi yang mengkhawatirkan dan butuh alat untuk menyikapi. Dari bidang seni, khususnya seni visual, kami harus berperan, " ucapnya kepada Elshinta.
Fotografi, lanjut dia, bisa menjadi medium penyembuhan karena memberi ruang ekspresi yang aman dan kreatif bagi remaja. Bahkan dunia visual sudah sangat dekat dengan kehidupan remaja. Aktivitas membuat dan membagikan foto menjadi ruang nyaman yang dapat membantu penyembuhan diri.
“Dalam Stories of Me, beberapa peserta ternyata merupakan korban perundungan. Dengan proses bercerita lewat foto, penyembuhan bisa dimulai dari diri sendiri,” jelasnya seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Agung Santoso, Jumat (21/11).
Terkait pemilihan venue di Tafata Art Hub, Bondet menyebut, salah satu kafe yang dekat dengan budaya nongkrong anak muda adalah lokasi yang tepat.
“Ruangnya nyaman, ramah remaja. Mereka bisa menikmati suasana sambil healing. Tempat seperti ini memang relevan untuk ruang ekspresi,” katanya.
Salah satu pengunjung sekaligus mahasiswa ISI, Natali, mengaku karya-karya yang ditampilkan cukup membantu remaja memahami kondisi mental mereka. Ia juga mengungkapkan
anak muda sekarang banyak yang kena mental health. Pameran ini bisa jadi jembatan penyembuhan.
"Yang paling relate menurutku karya bunga—karena menggabungkan bunga asli dan bunga rajut yang menggambarkan sosok ibu,” ungkapnya.
Pelaksana program sekaligus dosen ISI Surakarta, Dr. Andry Prasetyo, menegaskan bahwa Stories of Me merupakan hasil pendampingan intensif yang panjang. Para peserta mendapatkan pelatihan psikologi, pemahaman storytelling, hingga teknik photo story. Hal ini untuk mengolah memori pengalaman menjadi visual bercerita.
“Kami mentransformasi komunitas seni menjadi agen perubahan sosial. Fotografi kami dorong menjadi medium advokasi anti-perundungan dan literasi kesehatan mental," katanya.
Dengan perubahan, lanjut dia, tidak lagi memakai visual yang menstigma seperti adegan kekerasan atau tangisan. Tetapi, karya yang indah, estetis, dan menenangkan.
Setiap peserta menghasilkan satu kisah dengan 5–7 foto berdasarkan pengalaman personal terkait perundungan maupun proses penyembuhan.
“Karya-karya ini bukan hanya rilis bagi fotografernya, tetapi juga memberi kenyamanan dan empati bagi publik yang melihat,” tambah Andry.
Pameran Stories of Me mengajak publik menyelami kisah visual remaja Surakarta sekaligus terlibat dalam kampanye penguatan kesehatan mental. Program ini diharapkan menular ke lebih banyak remaja agar mampu berdaya, kreatif, dan tangguh menghadapi dinamika sosial saat ini.




