Top
Begin typing your search above and press return to search.

Ulama imbau elemen aksi jaga kedamaian dan tidak terprovokasi kelompok manapun

Gelombang demonstrasi yang melibatkan mahasiswa dan buruh belakangan ini menjadi sorotan publik. Di tengah tuntutan yang tulus untuk keadilan dan perbaikan kebijakan, muncul pula kekhawatiran akan potensi pemboncengan dan anarkisme yang merusak esensi perjuangan.

Ulama imbau elemen aksi jaga kedamaian dan tidak terprovokasi kelompok manapun
X

Sumber foto: Yan Rahmat/elshinta.com.

Gelombang demonstrasi yang melibatkan mahasiswa dan buruh belakangan ini menjadi sorotan publik. Di tengah tuntutan yang tulus untuk keadilan dan perbaikan kebijakan, muncul pula kekhawatiran akan potensi pemboncengan dan anarkisme yang merusak esensi perjuangan. Mantan aktivis yang saat ini menjadi tokoh ulama dan mengisi jabatan Wakil Ketua Dewan LDBPI dan juga sebagai Ketua Komisi Pusat Seni Budaya dan Kreativitas Dalam Dakwah MUI, Ustadz Erick Yusuf menekankan pentingnya kanal-kanal komunikasi yang efektif antara masyarakat dan pemerintah agar aspirasi tidak harus disuarakan lewat jalanan yang berisiko.

“Demo itu ringkih. Kalau sedikit tidak didengar, bisa meledak. Kalau banyak, bisa diboncengi,” ujar Erick seperti dilaporkan Reporter Elshinta, Yan Rahmat, Selasa (16/9).


Ia menyoroti bahwa pemerintah seharusnya sudah memiliki kanal aspirasi yang bukan sekadar formalitas, melainkan ruang diskusi yang aktif dan responsif. Menurutnya, demonstrasi besar-besaran sering kali terjadi karena saluran komunikasi yang mampet, dan ketika itu terjadi, potensi gangguan keamanan meningkat.

Erick juga mengingatkan bahwa aksi massa yang tidak terkendali, terutama saat malam hari, rawan dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok yang tidak bertanggung jawab. “Mahasiswa dan buruh itu kekuatan moral. Tapi kalau ada pembakaran, penjarahan, semua dukungan akan mundur dan massa tidak akan dapat simpatik. Karena aksi anarkis itu akan merugikan kita semua" katanya.


Ia menyarankan agar masyarakat memanfaatkan jalur digital seperti media sosial, forum daring, dan pertemuan intensif dengan DPR atau pemerintah sebelum memilih turun ke jalan.

Dalam refleksi atas kejadian di Bandung, Erick menceritakan inisiatif mempertemukan ulama dan umaro untuk meredam ketegangan. Wali Kota Bandung, Farhan, bahkan mendorong agar anggota DPRD kembali ke dapil masing-masing untuk menyerap aspirasi warga secara langsung.


“Gerakan warga jaga warga, warga jaga kota, itu penting. Kita harus tahu siapa yang benar-benar warga dan siapa yang hanya datang untuk merusak,” tegas Erick.

Ia juga menyoroti pentingnya komunikasi antara pemimpin dan ulama sebagai penjaga moral bangsa. Menurutnya, ulama yang dekat dengan masyarakat bisa menjadi jembatan informasi yang jujur dan akurat bagi Presiden. “Kalau pembisik menahan informasi, Presiden bisa tidak tahu apa yang dirasakan rakyat. Akhirnya muncul prasangka buruk,” ujarnya.

Erick mengajak semua pihak untuk tetap kritis, namun terorganisir dan damai. Ia mengapresiasi mahasiswa dan buruh yang terus menyuarakan ketimpangan, namun mengingatkan agar perjuangan tidak dirusak oleh tindakan destruktif.


“Kita kawal pemerintah, kita dorong DPR untuk bersih-bersih. Tapi jangan biarkan suara rakyat dibajak oleh kekacauan,” pungkasnya.

Sumber : Radio Elshinta

Related Stories
Next Story
All Rights Reserved. Copyright @2019
Powered By Hocalwire