Top
Begin typing your search above and press return to search.

Menanti keberanian Patrick Kluivert

Perkenalan Patrick Kluivert sebagai pelatih Timnas Indonesia pada Januari lalu, membuahkan satu pemikiran bahwa pria asal Belanda tersebut akan menanamkan filosofi baru untuk tim Garuda.

Menanti keberanian Patrick Kluivert
X

Sumber foto: Antara/elshinta.com.

Perkenalan Patrick Kluivert sebagai pelatih Timnas Indonesia pada Januari lalu, membuahkan satu pemikiran bahwa pria asal Belanda tersebut akan menanamkan filosofi baru untuk tim Garuda.

Sore hari ketika itu di Hotel Mulia, Jakarta, Kluivert mengatakan kepada awak media bahwa dia adalah tipe pelatih yang punya filosofi bermain menyerang, dengan 4-3-3 sebagai formasi yang disukainya. Formasi ini, kata Kluivert, membuat sebuah tim mudah memainkan penguasaan bola yang dominan di lapangan.

Namun, seorang pelatih bukanlah seorang pesulap yang mampu mengubah sesuatu dalam sekejap.

Empat pertandingan pertama Timnas di bawah Kluivert masih dilalui dengan formasi tiga bek belakang peninggalan Shin Tae-yong (STY). Empat pertandingan di Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia putaran ketiga itu diakhiri dengan dua kemenangan dan dua kekalahan. Dua kemenangan diraih dari Bahrain (1-0) dan China (1-0), sedangkan dua kekalahan didapatkan saat melawan Australia (1-5) dan Jepang (0-6).

Kluivert beralasan pada periode itu, ia tak punya cukup waktu untuk mengaplikasikan pendekatan permainan secara menyeluruh. Selain tak punya waktu, empat pertandingan itu bersifat "hidup mati", sehingga tak ada ruang untuk bereksperimen.

Delapan bulan kemudian, janji yang pernah ia ucapkan terwujud. Saat Indonesia melawan Taiwan dalam FIFA Match Day di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT), Surabaya, Jumat lalu, Kluivert untuk pertama kalinya menurunkan "wajah baru" sistem permainan empat bek dalam formasi 4-3-3 atau 4-2-3-1.

Perubahan ini akhirnya menandai "era baru" Indonesia di bawah sentuhan tim kepelatihan dari Belanda. Sebelumnya mereka selalu menggunakan pakem formasi tiga bek sebanyak 25 kali, 21 kali bersama pelatih lama STY dan empat kali bersama Kluivert. Terakhir kali tim Garuda menggunakan formasi empat bek adalah saat membungkam Brunei Darussalam dua kali pada putaran pertama Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia dengan kemenangan masing-masing 6-0 pada Oktober dan November 2023.

Penerapan sistem baru ini menghasilkan 69 persen penguasaan bola untuk Indonesia, dengan 680 total umpan yang memiliki akurasi mencapai 89 persen, demikian menurut catatan statistik Lapang Bola.

Dari penguasaan ini, terciptalah total 23 tembakan. Lima di antaranya adalah tepat sasaran dan semuanya menjadi gol melalui Jordi Amat (4'), Marc Klok (33'), Eliano Reijnders (38'), Ramadhan Sananta (58'), Sandy Walsh (60'), dan satu lagi lewat gol bunuh diri Ming Hsiu Chao (24').

Taiwan sendiri hanya melesatkan tujuh tembakan, dua di antaranya tepat sasaran, tapi mudah diamankan oleh kiper Emil Audero yang merumput di Serie A Italia bersama Cremonese.

Skor 6-0, adalah kemenangan sangat pantas untuk menggambarkan betapa jauhnya gap kualitas kedua tim. Perbedaan kualitas kedua tim tak lepas dari peringkat mereka di ranking FIFA, dengan Indonesia berada di posisi 118 dunia, sementara Taiwan di posisi 172 dunia.

Kluivert mengaku cukup puas melihat cara timnya bermain, termasuk saat menyerang (transisi positif) dan bertahan (transisi negatif) dalam formasi 4-2-3-1, meski tetap menyorot sejumlah aspek yang perlu disempurnakan.

"Saya pikir rencana permainan kami dieksekusi dengan sangat baik oleh para pemain. Mentalitas para pemain luar biasa. Tidak masalah melawan tim apa pun Anda bermain, menurut saya, Anda perlu melihat diri sendiri dan menghormati rencana permainan, dan itulah yang kami lakukan," kata pelatih yang merupakan mantan pemain FC Barcelona tersebut, pada jumpa pers pasca pertandingan kontra Taiwan, Jumat.

Sinyal mempertahankan

Pertanyaannya, beranikah Kluivert mempertahankan idealismenya itu? Jika merujuk perkataannya pada jumpa pers, ada sinyal ia akan mempertahankannya.

"Dan melawan Lebanon tentu saja saya tidak ingin mengubah sistem. Saya hanya ingin menyempurnakan sistem. Ada hal lain yang harus diperbaiki," kata pelatih 49 tahun itu

"Ini hanyalah permulaan," begitu tutur ayah pemain AFC Bournemouth Justin Kluivert tersebut. Ia lalu melanjutkan, "Kami ingin menyempurnakan sistem ini, saya harap, dan untuk terus menerapkan ini".

Memang tidak ada salahnya sama sekali Kluivert menggunakan lagi formasi menyerangnya tersebut. Pasalnya, kapan lagi dia akan coba-coba. Bulan depan, Oktober, Timnas Indonesia sudah harus berlaga di babak Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia putaran keempat di Arab Saudi. Tergabung di Grup B, Indonesia akan menghadapi tuan rumah Arab Saudi dan sesama tim tamu Irak, untuk mencari satu tiket otomatis menuju Piala Dunia 2026 di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko.

Artinya hanya satu bulan jeda menuju panggung sebenarnya. Oleh karena itu, formasi baru ini harus ia pertahankan untuk melawan Lebanon di Stadion GBT, malam ini pukul 20.30 WIB. Lebanon, sebagai tim yang lebih kuat dari Taiwan, bahkan dari Indonesia sendiri jika diukur dari ranking FIFA, akan jadi tolak ukur sebenarnya kekuatan tim Garuda.

Dari tim peringkat 112 dunia itu, akan didapatkan gambaran sebenarnya kekuatan tim Garuda. Kluivert akan tahu kekurangan-kekurangan yang harus ia perbaiki untuk pakem baru ini. Ia juga akan tahu sedikit gambaran pola permainan yang nanti akan ia terapkan melawan Arab Saudi dan Irak, mengingat Lebanon juga sama-sama tim dari Timur Tengah.

"Saya tidak keberatan (pakai sitem empat bek atau tiga bek). Saya pikir formasinya sangat bagus (lawan Taiwan)," kata Jordi Amat yang bermain sebagai bek tengah bersama Rizky Ridho menghadapi Taiwan.

Saatnya turunkan penampil utama

Ketika menghancurkan Taiwan, Kluivert praktis hanya menurunkan satu pemain inti sebagai starter pada kemenangan telak atas Taiwan, Jumat lalu. Satu pemain itu adalah Rizky Ridho, pemilik 46 caps (penampilan) untuk tim Garuda.

Pada pertandingan melawan Lebanon nanti, yang merupakan pertemuan pertama kedua tim, saatnya Kluivert mencoba sistem barunya ini dengan pemain-pemain terbaiknya dari menit awal.

Emil bisa diturunkan kembali sebagai kiper, tapi Kluivert juga dapat memainkan Ernando Ari sebagai opsi.

Untuk dua bek tengah, Kluivert bisa menduetkan pemain Sassuolo Jay Idzes dan pemain Persija Jakarta Ridho untuk pertama kalinya dalam sistem empat bek. Di sisi kanan dan kiri, dapat dihuni oleh Kevin Diks dan Calvin Verdonk. Dua pemain ini sama-sama mendapatkan klub barunya di musim ini, dengan Kevin di Bundesliga Jerman bersama Borussia Moenchengladbach dan Calvin di Prancis bersama Lille.

Lini tengah dapat ditempati oleh Thom Haye dan Joey Pelupessy, seperti laga-laga sebelumnya, keduanya bermain saling melengkapi. Sebagai gelandang serang, Kluivert dapat memainkan Marselino Ferdinan, yang pada laga pertama tampil sebagai pemain pengganti. Dari area winger kiri, Ricky Kambuaya bisa mengisinya, sementara dari sisi kanan dapat ditempati oleh "Anak Depok" Miliano Jonathans.

Ketiadaan Ole Romeny membuat lini depan tak setajam biasanya, tapi Kluivert tak perlu bersedih karena ia dapat memainkan Ragnar Oratmangoen di sana.

Akan menjadi adu strategi yang menarik jika Kluivert benar-benar mempertahankan formasi barunya, karena Lebanon yang dilatih oleh Miodrag Radulovic juga memiliki bentuk formasi yang sama. Pelatih asal Montenegro itu sempat memainkan formasi tiga bek atau lima bek pada awal periode keduanya mengarsiteki The Cedars.

Lima pertandingan awal memakai formasi itu, tanpa kemenangan dengan empat kekalahan didapatkan oleh Radulovic. Alhasil, pada tujuh laga berikutnya, pelatih 57 tahun itu mengganti sistemnya dengan menggunakan pakem empat bek, dalam bentuk 4-2-3-1 dan 4-1-4-1. Formasi ini membuahkan tiga kemenangan, sementara empat sisanya berakhir tanpa tiga poin, dua di antaranya adalah melawan dua tim Asia Tenggara yaitu Malaysia dan Thailand.

Pertandingan melawan Lebanon adalah saatnya Kluivert menunjukkan pada suporter dan kepada dunia, bentuk sejati tim Garuda yang lama dinanti. Bila berhasil, tak menutup kemungkinan kalau formasi inilah yang kelak mengantarkan Indonesia ke Piala Dunia 2026.

Tentu, ada risiko kritikan tajam terhadapnya apabila formasi baru ini justru menjadi bumerang saat Indonesia melawan Lebanon. Namun, apa arti sebuah hidup jika tak berani mencoba?

Sumber : Antara

Related Stories
Next Story
All Rights Reserved. Copyright @2019
Powered By Hocalwire