Dari Bahrain ke Riyadh, pencak silat terus mendunia

Pencak silat mencuri perhatian dunia internasional setelah resmi ditampilkan dalam ajang Islamic Solidarity Games (ISG) Riyadh 2025 sebagai demonstration sport, awal November 2025
Pencak silat mencuri perhatian dunia internasional setelah resmi ditampilkan dalam ajang Islamic Solidarity Games (ISG) Riyadh 2025 sebagai demonstration sport, awal November 2025
Pencak silat, olahraga bela diri asli Indonesia kembali mencuri perhatian dunia internasional setelah resmi ditampilkan dalam ajang Islamic Solidarity Games (ISG) Riyadh 2025 sebagai demonstration sport, dikutip dari keterangan tertulis yang diterima Radio Elshinta, Kamis (6/11/2025).
Kehadiran pencak silat di ISG 2025 menjadi bagian dari langkah strategis Persekutuan Pencak Silat Antarabangsa (Persilat), Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia (PB IPSI), dan Komite Olimpiade Indonesia (NOC Indonesia). Selain untuk memperluas jangkauan olahraga asli Indonesia ini di tingkat global, tapi juga sekaligus memperkuat posisi pencak silat menuju pentas multievent dunia.
Meskipun berstatus sebagai cabang ekshibisi, pelaksanaan pencak silat di ISG 2025 tetap digelar dengan standar professional. Sebanyak 19 atlet dari 9 negara ambil bagian dalam empat nomor pertandingan, kelas C (55-60kg) dan D (60-65kg) putra-putri. Pembukaan berlangsung meriah diiringi dengan tradisi khas buka gelanggang, sebuah ritual budaya yang menunjukkan filosofi pencak silat sebagai seni sekaligus olahraga.
“Walaupun sifatnya demo sport, kami mempersiapkannya sebaik-baiknya seperti event resmi. Ini bagian dari upaya kita menjaga marwah pencak silat sebagai olahraga warisan budaya yang mendidik, beretika, dan penuh nilai,” ujar Teddy Suratmadji, Sekjen PB IPSI sekaligus Sekjen Persilat.
Menurut Teddy, pencak silat kini menunjukkan perkembangan luar biasa di kawasan Asia dan bahkan dunia. Terutama di Asia Tengah seperti Uzbekistan, Kazakhstan, dan Kyrgyzstan, yang semakin aktif mengembangkan pembinaan atlet silat.
Teddy juga menegaskan, dukungan dan diplomasi olahraga yang dilakukan oleh NOC Indonesia bersama Persilat dan PB IPSI menjadi faktor kunci dalam memperluas jejak internasional cabang ini.
“Kita sangat optimistis pencak silat akan terus naik kelas di level dunia. Setelah tampil di Asian Youth Games Bahrain 2025 dan memberikan medali perak bagi tuan rumah, kini tampil di Islamic Soliadrity Games Riyadh. Ini adalah langkah lanjutan yang nyata. Kita juga melihat kemungkinan besar pencak silat bisa tampil di Youth Olympic Games Dakar 2026. Dengan dukungan NOC Indonesia dan kepemimpinan Pak Raja Sapta Oktohari, kami percaya pencak silat bisa mendunia,” jelas Teddy yang juga merupakan Technical Delegate pencak silat untuk Islamic Solidarity Games 2025.
Menariknya, semangat pencak silat juga menular ke para atlet tuan rumah Arab Saudi. Salah satunya adalah Mazen Alzahrani, seorang atlet lokal yang sebelumnya menekuni Muaythai namun kini beralih ke pencak silat.
“Awalnya saya dari Muaythai, tapi setelah belajar dan mencoba, saya merasa pencak silat lebih lengkap. Saya menonton video tentang pencak silat dari Indonesia dan Malaysia. Saya merasa ini olahraga yang sangat menarik dan membutuhkan kekuatan, kecepatan, dan pikiran. Ada koneksi khusus di dalamnya,” ungkap Mazen.
Peningkatan minat di negara-negara Timur Tengah seperti Arab Saudi menjadi bukti bahwa pencak silat bukan hanya warisan Indonesia, tetapi juga olahraga dengan nilai universal, yang menonjolkan kedisiplinan, sportivitas, dan kehormatan.
Partisipasi pencak silat di Islamic Solidarity Games Riyadh 2025 ini juga menegaskan komitmen Persilat, PB IPSI, dan NOC Indonesia untuk mendorong pencak silat tampil di lebih banyak dipanggung dunia. (Dwi/Ter)




