Top
Begin typing your search above and press return to search.

Kebanggaan dari tikungan Mandalika

Kebanggaan dari tikungan Mandalika
X

Pembalap ajang MRS round 5 di Sirkuit Pertamina Mandalika, Nusa Tenggara Barat di Lombok Tengah saat memasuki lintasan, Minggu (02/11/2025). ANTARA/Akhyar Rosidi

Kabut tipis masih menggantung di atas lintasan Sirkuit Mandalika ketika suara mesin 250cc meraung, mengguncang pagi Lombok Tengah.

Di antara deru knalpot dan sorak penonton, Arai Agaska mengibarkan kebanggaan Nusa Tenggara Barat (NTB). Pembalap muda asal NTB itu berhasil mengunci gelar juara umum kelas National Sport 250cc Mandalika Racing Series (MRS) 2025, meski hanya finis di posisi keempat pada balapan terakhir.

Kemenangan itu bukan sekadar catatan di papan klasemen. Ia adalah simbol dari lahirnya generasi baru balap Indonesia yang tumbuh dari sirkuit sendiri, di tanah sendiri.

Bersama rekan senegaranya, Aldiaz Aqsal Ismaya, yang menjuarai race pertama, keduanya membuktikan bahwa bakat-bakat lokal NTB tak sekadar menjadi pelengkap di lintasan nasional. Mereka kini menjadi juara yang layak diperhitungkan.

MRS yang digelar sejak 2023 di Mandalika menjadi ruang penting bagi pembalap nasional untuk mengasah kemampuan di sirkuit berstandar internasional. Dari hanya 15 pembalap di musim perdana, kini jumlah peserta telah menembus 131 starter. Angka ini menunjukkan antusiasme dan gairah besar terhadap motorsport dalam negeri.

Namun di balik sorotan podium dan trofi, tersimpan pertanyaan mendasar yang layak direnungkan, apakah dukungan bagi ajang seperti MRS sudah sepadan dengan potensinya?

Di balik lintasan

Mandalika Racing Series sejatinya bukan sekadar lomba kecepatan. Ia adalah laboratorium pembibitan pembalap Indonesia. Di sini, disiplin, sportivitas, dan mental juara dibentuk melalui pembinaan berjenjang. Para pembalap muda yang berprestasi bahkan berkesempatan menimba ilmu ke VR46 Academy di Italia, tempat legenda Valentino Rossi melatih para talenta dunia.

Namun, ajang sebesar ini masih sering luput dari perhatian publik dan pemerintah daerah. Fokus yang terlalu besar pada event internasional seperti MotoGP membuat ajang nasional seperti MRS berjalan dengan dukungan yang terbatas. Padahal, inilah ruang yang justru melahirkan pembalap masa depan Indonesia.

MRS telah menjadi arena di mana mekanik lokal belajar menyetel motor dengan regulasi kelas dunia, marshal memahami prosedur FIM, dan tim medis beradaptasi dengan protokol keselamatan internasional. Di sisi lain, sektor UMKM lokal, mulai dari penginapan, bengkel, hingga kuliner di sekitar sirkuit, ikut bergerak. Satu akhir pekan MRS dapat menciptakan efek ekonomi multiplikatif yang nyata.

Dari perspektif pembangunan daerah, ajang seperti MRS memiliki nilai strategis. Ia menyatukan olahraga, pariwisata, dan ekonomi kreatif dalam satu lintasan. Sayangnya, belum ada kebijakan daerah yang secara khusus menjadikan MRS sebagai bagian dari agenda prioritas NTB. Dana promosi, insentif pembalap lokal, hingga fasilitas pelatihan masih minim.

Pemerintah seolah lebih berperan sebagai penonton di tribun daripada pemain utama dalam pengembangan ekosistem balap. Padahal, di tengah upaya menjadikan NTB sebagai provinsi sport tourism, MRS adalah bukti konkret bahwa balap motor bisa menjadi magnet wisata.

Penonton datang bukan hanya untuk menonton, tetapi juga untuk merasakan atmosfer sportivitas dan semangat muda yang membara.

Masa depan

Keberhasilan Arai Agaska dan Aldiaz bukan sekadar kemenangan pribadi, tetapi sinyal bahwa NTB memiliki fondasi kuat untuk menjadi pusat pembinaan motorsport nasional. Namun, untuk menjaga momentum ini, dibutuhkan keberpihakan kebijakan.

Pertama, pemerintah daerah perlu menetapkan roadmap pengembangan balap lokal berbasis kolaborasi antara MGPA, IMI, perguruan tinggi, dan pelaku industri otomotif. Ini penting agar pembinaan talenta tak berhenti di level event, tetapi berlanjut dalam bentuk akademi balap, beasiswa, hingga fasilitas latihan permanen.

Kedua, Pemda dapat menjadikan MRS sebagai bagian dari kalender sport tourism resmi. Dengan begitu, ajang ini bisa mendapat dukungan anggaran promosi, logistik, dan infrastruktur pendukung seperti jalur akses, transportasi publik, serta area penonton yang lebih representatif.

Ketiga, sinergi dengan sekolah kejuruan dan universitas teknik di NTB perlu diperkuat. Dunia pendidikan dapat menjadi bagian dari riset dan inovasi balap, mulai dari desain motor listrik, keselamatan lintasan, hingga teknologi bahan bakar ramah lingkungan.

Langkah ini akan menjadikan MRS tidak hanya panggung kecepatan, tetapi juga ruang inovasi bagi generasi muda. MRS telah membuktikan dirinya sebagai magnet talenta. Dari sini, lahir pembalap dengan mental baja yang siap bersaing di level Asia bahkan dunia. Mereka membawa nama NTB dan Indonesia dalam satu tarikan gas. Tetapi tanpa sistem dukungan yang kuat, prestasi itu akan cepat berlalu seperti deru mesin di lintasan.

Mandalika memang dibangun untuk MotoGP, namun maknanya jauh lebih besar daripada sekadar menyelenggarakan balapan kelas dunia. Ia adalah simbol bahwa Indonesia mampu berdiri sejajar dengan bangsa lain dalam hal sport dan manajemen event internasional.

Kini, tugas berikutnya adalah memastikan Mandalika juga menjadi rumah bagi pembalap Indonesia untuk tumbuh dan berkembang.

Kemenangan Arai Agaska di kelas National Sport 250cc adalah kemenangan bagi NTB, kemenangan bagi Indonesia. Tapi lebih dari itu, ia adalah pengingat bahwa kejayaan tidak hanya lahir dari event besar seperti MotoGP, melainkan juga dari panggung kecil yang konsisten membina dan menumbuhkan mimpi.

Dukungan terhadap ajang nasional seperti Mandalika Racing Series bukan semata urusan olahraga, tetapi juga investasi sosial dan ekonomi. Ketika pemerintah daerah berani menaruh perhatian yang sama besar untuk pembalap lokal seperti mereka menyiapkan panggung MotoGP, maka saat itu NTB benar-benar telah menjadi rumah sport tourism sejati.

Karena pada akhirnya, Mandalika bukan hanya tempat lintasan berliku, melainkan lintasan harapan, tempat di mana suara mesin berpadu dengan semangat anak muda Indonesia untuk terus melaju, membawa nama daerah dan bangsa di setiap garis finis.

Sumber : Antara

Related Stories
Next Story
All Rights Reserved. Copyright @2019
Powered By Hocalwire