`Buka Gelanggang`, tradisi mengawali 271 pesilat adu jurus di ajang PON Bela Diri Kudus 2025
Cabang olahraga (cabor) pencak silat memulai debut pertandingannya dalam PON Bela Diri 2025 pada Jumat (17/10) di Djarum Arena, Kaliputu, Kudus, Jawa Tengah.

Sumber foto: Sutini/elshinta.com.
Sumber foto: Sutini/elshinta.com.
Cabang olahraga (cabor) pencak silat memulai debut pertandingannya dalam PON Bela Diri 2025 pada Jumat (17/10) di Djarum Arena, Kaliputu, Kudus, Jawa Tengah. Sebanyak 271 pesilat dari 34 provinsi siap beradu jurus untuk menampilkan kekuatan dan kelincahan terbaik mereka pada ajang multi-cabang ini.
Hari ini, sebanyak tiga arena pertandingan disiapkan untuk menggelar babak penyisihan cabang olahraga pencak silat yang mulai bergulir.
Pertandingan dibuka dengan nomor tanding putra dan putri, yang menjadi awal dari persaingan sengit memperebutkan medali. Adapun, kategori seni atau jurus hanya akan mempertandingkan satu nomor untuk masing-masing putra dan putri.
Rangkaian pertandingan pencak silat pada PON Bela Diri 2025 diawali dengan prosesi "Buka Gelanggang", tradisi khas yang selalu mengiringi dimulainya setiap laga silat. Upacara ini menjadi simbol permohonan doa agar seluruh rangkaian pertandingan berlangsung lancar dan semua pihak yang terlibat senantiasa diberi keselamatan. Suasana khidmat terasa ketika prosesi diawali dengan atraksi silat menggunakan golok, kemudian dilanjutkan dengan penyerahan golok dari pesilat kepada Technical Delegate pencak silat PON Bela Diri Kudus 2025, Agung Nugroho, sebagai tanda secara resmi dibukanya gelanggang pertandingan.
Laga perdana pencak silat dibuka dengan kategori tanding yang menampilkan persaingan di 16 kelas berbeda. Mengingat kelas yang dipertandingkan cukup banyak, setiap kontingen dibatasi maksimal hanya dapat menurunkan 10 atlet untuk menjaga keseimbangan dan kualitas jumlah peserta di setiap kelas.
Salah satu pesilat yang tak sabar unjuk kemampuan pada PON Bela Diri Kudus 2025 adalah Siti Khairani S. Mokoginta, 17 tahun. Atlet muda asal Gorontalo itu menempuh perjalanan udara ke Semarang, lalu melanjutkan perjalanan darat ke Kudus bersama pelatihnya, Dedy Punu, serta rekannya dari satu provinsi, Moh. Ruslan Usman, yang turun di kelas A Putra. Dengan tekad bulat, Echa, sapaan, berambisi membawa pulang medali emas di kelas A Putri. Langkah awalnya berjalan mulus setelah mencatat kemenangan telak 33-0 atas Safira Irzan dari Papua Tengah di laga pembuka.
"Perjalanannya memang cukup jauh dari Gorontalo, tapi terbayar tadi bisa menang besar di pertandingan pertama. Semoga bisa terus melaju sampai meraih emas," ujar peraih juara tiga pada Seleknas Kejuaraan Dunia Pencak Silat 2024 di Semarang itu seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Sutini, Jumat (17/10).
Hampir serupa dengan Echa, pesilat muda Steivy Maleke juga menempuh perjalanan panjang dari ujung timur Indonesia. Ia terbang dari Manokwari bersama rombongan kontingen Papua Barat, transit di Sorong dan Makassar sebelum akhirnya mendarat di Semarang. Setibanya di Jawa Tengah, mereka langsung melanjutkan perjalanan menuju Kudus untuk bersiap menghadapi ajang multi-event ini. Steivy mengaku tak sabar menyaksikan persaingan para pesilat terbaik nasional yang berlaga di Djarum Arena, sembari menunggu gilirannya bertanding pada Sabtu (18/10), dua hari setelah tiba di Kudus.
“Untuk Papua Barat, kami punya tekad yang sama, ingin menjadi juara, meraih sebanyak mungkin medali, dan pulang sebagai yang terbaik,” ujarnya.
Kehadiran 271 pesilat pada ajang PON Bela Diri Kudus 2025 mencerminkan tingginya antusiasme dan komitmen daerah dalam mengembangkan olahraga yang kerap menjadi "jurus" andalan Indonesia dalam meraih banyak medali SEA Games. Babak pencak silat dijadwalkan berlangsung selama lima hari, meliputi tahap penyisihan hingga final, dengan partai puncak sekaligus penyerahan medali digelar.