Jelang Imlek 2026: Ini makanan khas Imlek yang selalu ada
Jelang Imlek 2026, ini makanan khas Imlek yang selalu ada di setiap perayaan, mulai dari kue keranjang, ikan utuh, mi panjang umur, hingga lontong Cap Go Meh.

Ilustrasi hidangan Hari Raya Imlek. (Sumber: Freepik)
Ilustrasi hidangan Hari Raya Imlek. (Sumber: Freepik)
Menjelang Imlek 2026, perayaan Tahun Baru China kembali menjadi momen penting bagi masyarakat Tionghoa di Indonesia. Imlek tidak hanya dimaknai sebagai pergantian tahun dalam penanggalan lunar, tetapi juga sebagai waktu untuk berkumpul bersama keluarga, memperkuat relasi, serta menjaga tradisi yang telah diwariskan.
Dalam rangkaian perayaan ini, banyak sekali yang terjadi. Mulai dari pemilihan dekorasi, perayaan ritual tertentu, hingga sajian makanan yang tidak kalah menarik. Di antara hal-hal itu, makanan khas Imlek memiliki posisi khusus karena selalu hadir di hampir setiap rumah dan menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi perayaan.
Berikut ini adalah daftar makanan khas Imlek yang hampir selalu ada di meja perayaan, baik saat malam tahun baru Imlek, hari pertama, hingga menuju rangkaian Cap Go Meh.
Kue Keranjang atau Nian Gao
Kue keranjang merupakan salah satu makanan paling identik dengan perayaan Imlek di Indonesia. Kue ini dibuat dari tepung beras ketan, gula, dan air yang dikukus dalam waktu lama hingga menghasilkan tekstur padat, lengket, dan elastis. Bentuknya umumnya bulat pipih dan dikemas sederhana.
Di Indonesia, kue keranjang jarang langsung dikonsumsi begitu saja. Setelah beberapa hari, kue ini biasanya diolah kembali dengan cara diiris lalu digoreng menggunakan balutan telur, atau dikukus bersama kelapa parut. Rasanya manis pekat dengan aroma karamel ringan, dan teksturnya semakin padat seiring waktu penyimpanan.
Ikan Utuh Kukus
Ikan utuh hampir selalu hadir dalam jamuan makan malam jelang Imlek. Jenis ikan yang digunakan bervariasi, seperti bandeng, kakap, atau kerapu, namun yang terpenting adalah penyajiannya tetap utuh dari kepala hingga ekor.
Metode pengolahan yang paling umum adalah dikukus dengan jahe, daun bawang, dan bumbu sederhana agar rasa alami ikan tetap dominan. Di banyak keluarga, ikan disajikan terakhir dan tidak dihabiskan seluruhnya, karena tradisi ini sudah menjadi kebiasaan turun-temurun dalam perayaan Imlek di Indonesia.
Mi Panjang Umur
Mi panjang umur biasanya disajikan sebagai bagian dari hidangan utama. Mi ini menggunakan mi gandum panjang yang tidak dipotong, dimasak dengan kuah ringan atau ditumis sederhana bersama ayam, udang, bakso ikan, jamur, dan sayuran hijau.
Tekstur mi yang kenyal dan panjang menjadi ciri khasnya. Dalam praktiknya, mi ini dimakan tanpa dipotong, bahkan sebelum masuk panci, sebagai bentuk penghormatan terhadap tradisi yang sudah mengakar dalam perayaan Imlek.
Pangsit atau Dumpling
Pangsit merupakan hidangan yang cukup umum ditemukan saat Imlek, terutama dalam keluarga yang menyiapkannya sendiri. Pangsit dibuat dari kulit adonan tipis berbahan tepung terigu, diisi daging cincang, biasanya ayam, babi, atau udang yang nantinya dicampur dengan sayuran serta bumbu ringan.
Di Indonesia, pangsit lebih sering disajikan dalam bentuk rebus atau kukus, meski ada juga yang digoreng. Pangsit biasanya disantap bersama saus cabai, kecap asin, atau cuka, dan sering menjadi bagian dari makan bersama keluarga besar.
Lumpia
Lumpia goreng juga termasuk makanan yang kerap muncul saat Imlek. Versi yang umum di Indonesia berisi rebung, wortel, kol, dan ayam atau udang, dibungkus kulit tipis lalu digoreng hingga renyah. Berbeda dari lumpia harian, lumpia untuk Imlek biasanya dibuat lebih besar dan padat, serta disajikan sebagai lauk pendamping makan besar. Rasanya gurih dengan tekstur renyah di luar dan lembut di dalam.
Babi Kecap
Dalam kepercayaan Tionghoa, keberuntungan bisa didapatkan dengan mengonsumsi makanan yang terbuat dari daging babi. Hal itu karena babi juga dianggap sebagai kantung yang menampung rezeki.
Bahan utama hidangan ini adalah samcan atau daging babi bagian perut yang memiliki tiga lapisan; kulit, lemak, dan daging. Daging perut babi ini harus melalui tiga proses pemasakan, yaitu direbus, digoreng dengan minyak, dan dikukus bersama saus dan bumbu.
Ronde atau Tang Yuan
Tang yuan atau Ronde biasanya lebih sering dikonsumsi saat Cap Go Meh, namun tetap menjadi bagian dari rangkaian perayaan Imlek. Hidangan ini berupa bola-bola ketan yang direbus dan disajikan dalam kuah jahe manis.
Teksturnya kenyal lembut dengan rasa manis ringan dan aroma jahe yang hangat. Tang yuan umumnya disantap sebagai hidangan penutup dan dinikmati dalam keadaan hangat.
Piring Manisan Imlek atau Tray of Togetherness
Piring manisan Imlek berisi berbagai makanan ringan seperti manisan buah, kacang tanah, biji semangka merah, dan permen. Wadahnya berbentuk segi delapan dan bersekat, seringnya diletakkan di ruang tamu selama perayaan berlangsung.
Makanan manis dalam piring segi delapan ini dikonsumsi sedikit-sedikit oleh tamu yang berkunjung, bukan sebagai makanan utama. Isi piring biasanya disesuaikan dengan selera dan ketersediaan lokal, namun konsep kebersamaan tetap dipertahankan.
Jeruk Mandarin
Jeruk mandarin atau jeruk keprok hampir selalu ada di setiap rumah saat Imlek. Buah ini disajikan utuh, sering kali dalam jumlah genap, dan ditempatkan di meja tamu atau diberikan sebagai buah tangan saat berkunjung. Jeruk ini menjadi simbol sederhana namun konsisten dalam perayaan Imlek.
Lontong Cap Go Meh
Sebagai adaptasi khas Indonesia, lontong Cap Go Meh menjadi hidangan penting terutama di Jawa. Makanan ini terdiri dari lontong yang disajikan bersama opor ayam, sambal goreng ati, sayur lodeh, telur pindang, serundeng, dan koya.
Rasanya gurih dengan kuah santan yang kaya, disajikan dalam porsi penuh seperti hidangan utama. Lontong Cap Go Meh biasanya disantap saat penutup rangkaian Imlek, tepatnya pada hari Cap Go Meh.
Ragam makanan khas Imlek di Indonesia menunjukkan bagaimana tradisi Tionghoa beradaptasi dengan bahan lokal dan kebiasaan setempat tanpa kehilangan identitasnya. Menjelang Imlek 2026, hidangan-hidangan ini kembali menjadi bagian dari momen berkumpul, makan bersama, dan menjaga tradisi keluarga yang terus hidup dari tahun ke tahun.




