Top
Begin typing your search above and press return to search.

Pakar ingatkan pentingnya edukasi bahaya gas karbon monoksida

Pakar ingatkan pentingnya edukasi bahaya gas karbon monoksida
X

Ilustrasi - Police line. ANTARA/shutterstock

Kasus kematian pasangan suami istri di Solok, Sumatera Barat yang diduga akibat keracunan gas karbon monoksida (CO) menjadi peringatan penting bagi masyarakat tentang bahaya gas tak kasat mata tersebut. Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Prof. Tjandra Yoga Aditama mengingatkan bahwa edukasi dan deteksi dini menjadi kunci untuk mencegah insiden serupa.

“Karbon monoksida adalah gas yang tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna. Justru karena sifatnya itu, masyarakat sering tidak menyadari keberadaannya hingga menimbulkan gangguan kesehatan serius,” kata Prof. Tjandra ketika dihubungi ANTARA dari Jakarta, Jumat.

Ia menjelaskan, gas karbon monoksida (CO) memiliki kemampuan berikatan dengan hemoglobin di dalam darah, ratusan kali lebih kuat dibandingkan oksigen. Seseorang yang terpapar gas CO, maka suplai oksigen ke organ vital akan terhenti sehingga dapat menyebabkan kerusakan organ bahkan kematian.

Menurut dia, gejala keracunan gas CO dapat berupa sakit kepala, pusing, lemas, nyeri dada, atau mual. Namun demikian dalam kasus paparan tinggi, kematian bisa terjadi bahkan sebelum gejala muncul. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya langkah pencegahan sebagai hal utama.

“Pastikan alat-alat yang menggunakan bahan bakar tidak bocor, jangan memanaskan kendaraan di garasi tertutup, dan kenali tanda-tanda paparan. Di luar negeri, rumah dengan potensi risiko sudah dilengkapi CO detector,” kata mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara itu.

Lebih lanjut Tjandra menegaskan, penanganan pertama pada korban yang terpapar gas beracun harus dilakukan dengan cepat dan tepat. Adapun langkah utama adalah segera memindahkan korban dari lokasi paparan untuk menghentikan masuknya gas berbahaya ke tubuh.

Setelah itu, pemberian oksigen murni 100 persen menjadi tindakan penting guna membantu menggantikan oksigen yang terhambat akibat paparan gas tersebut. Jika kondisi korban cukup berat atau tidak menunjukkan perbaikan, terapi oksigen hiperbarik dapat diberikan sebagai langkah lanjutan untuk mempercepat pemulihan fungsi pernapasan dan mencegah kerusakan organ vital.

"Tentang kematian pasutri di Solok, harus dipastikan dulu apakah memang karena keracunan gas karbon monoksida atau karena sebab lain, untuk ini perlu analisa mendalam," katanya.

Sumber : Antara

Related Stories
Next Story
All Rights Reserved. Copyright @2019
Powered By Hocalwire