EVIDENT Institute bahas integritas data dalam kajian lintas disiplin
EVIDENT Institute gelar diskusi lintas disiplin untuk tingkatkan integritas data dalam kajian ilmiah. Hadirkan pakar bioteknologi, lingkungan, dan kebijakan publik.

Elshinta/ Rizky Rian Saputra
Elshinta/ Rizky Rian Saputra
EVIDENT Institute mengadakan diskusi lintas disiplin untuk mendorong penggunaan data yang lebih berintegritas dalam kajian ilmiah. Executive Director EVIDENT Institute , Rinatania Anggraeni Fajriani, menjelaskan bahwa forum ini mempertemukan pakar dari bioteknologi, lingkungan, dan kebijakan publik.
“Jadi hari ini kita membahas tentang integritas data dari lintas disiplin ilmu, ada yang dari bioteknologi kemudian ada yang dari lingkungan ada juga yang dari public policy,” katanya.
Ia menilai pentingnya membuat standar baru dalam penyusunan kajian ilmiah. “Jadi kami ini di sini, ingin memberikan benchmark baru untuk membuat kajian ilmiah. yang selama ini menurut kami sih jatuhnya kayak memprovokasi, dan dalam tanda petik ‘lazy critical thinking’, kalau kita mau bicara tentang kajian ilmiah maka kita harus bisa menjaga integritas data dan kajian itu sendiri,” ujarnya.
Rinatania menilai bahwa banyak kajian yang beredar masih belum memiliki kedalaman data. Menurutnya, Evident Institute berharap diskusi ini dapat mengurangi penyebaran analisis yang tidak akurat.
“Kita sih harapannya kita akan mereduksi noise atau kebisingan yang ditimbulkan dari kajian ilmiah yang abal-abal, dengan data yang lebih berintegritas,” jelasnya. Ia menambahkan bahwa masalah-masalah penting belum dibahas secara mendalam. “Jadi semua bukti ilmiahnya itu lebih substansial dan tidak hanya bersifat superficial di atas saja, karena semua masalah kita sebenarnya diskusinya itu mengambang tidak ada isu-isu yang lebih substansial yang kita bahas.”
Dalam penjelasannya, Rinatania juga menyebut bahwa perdebatan ilmiah di publik masih berputar pada topik yang sama dan mengabaikan isu penting.
“Selama ini kita selalu berputar di topik yang itu-itu saja, masalah perubahan iklim justru banyak yang disampingkan,” katanya.
Karena itu, ia menilai diskusi ini ditujukan untuk menghasilkan kajian baru yang lebih kuat secara data. “Jadi harapannya dari diskusi hasil hari ini adalah kita bisa datang dengan membawa satu kajian baru lintas disiplin yang berfokus pada integritas data.”
Diskusi ini menghadirkan lima pembicara, termasuk Prof. Dr. Purwo Santoso, M.A. dari Universitas Gadjah Mada (UGM) salah satu pemikir kebijakan publik yang paling konsisten menekankan pentingnya hubungan antara bukti, kekuasaan, dan kepercayaan publik.
Kemudian Dr. Andika Sidar, S.T.P., M.Bioteknologi. dari UGM yang fokus pada biotek dan tengah meneliti tentang enzim yang bisa menguraikan sampah organik menjadi energi dan material baru untuk menghadapi krisis lingkungan.
Hadir juga Dr. Aditya Kartadikaria dari Institute Teknologi Bandung, peneliti sensor dan pemantauan lingkungan yang mempelajari bagaimana kebenaran ekologis dibangun dari data yang terukur dan terkalibrasi.
Selain para peneliti dari dunia kampus, hadir juga dua praktisi yakni Haris Iskandar dari JEJAKIN yang bekerja di bidang digital MRV, memastikan bahwa data iklim tidak hanya dicatat, tetapi juga diverifikasi secara independen.
Terakhir, Okvina Juita, pengusaha rendang sekaligus pendiri Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Bayang, Kabupaten Pesisir Barat, Sumatra Barat yang bekerja menerapkan bagaimana standar, higiene, dan keamanan pangan menjadi bentuk integritas operasional dalam program publik.
(Rizky Rian Saputra)




