Pengamat dorong generasi muda berinovasi olah baterai bekas EV
Pengamat otomotif Bebin Djuana mendorong generasi muda berinovasi dengan pendekatan kreatif untuk mengolah sampah baterai kendaraan listrik (EV), yang berpotensi besar menyebabkan lonjakan limbah baterai di masa depan dan menimbulkan ancaman lingkungan, kesehatan, hingga ekonomi.

Sumber foto: Antara/elshinta.com.
Sumber foto: Antara/elshinta.com.
Pengamat otomotif Bebin Djuana mendorong generasi muda berinovasi dengan pendekatan kreatif untuk mengolah sampah baterai kendaraan listrik (EV), yang berpotensi besar menyebabkan lonjakan limbah baterai di masa depan dan menimbulkan ancaman lingkungan, kesehatan, hingga ekonomi.
Ia menegaskan bahwa baterai yang sudah tidak layak untuk kendaraan masih memiliki siklus hidup panjang untuk berbagai penggunaan lain yang lebih ringan.
“Sampah baterai masih bisa dimanfaatkan untuk kendaraan-kendaraan ringan pengantar logistik lingkungan,” kata dia saat dihubungi ANTARA dari Jakarta, Rabu.
Menurutnya, baterai bekas EV bisa dimanfaatkan untuk kendaraan jarak dekat, seperti kendaraan pengantar logistik lingkungan, hingga kendaraan roda tiga.
“Bahkan angkot bisa dimodifikasi memakai baterai bekas. Masih banyak manfaat yang bisa dipikirkan, tergantung kreativitas generasi muda,” ujarnya.
Selain sektor transportasi, baterai bekas juga dapat difungsikan sebagai penyimpan listrik dari panel surya rumah tangga, terutama di wilayah yang belum memiliki akses listrik stabil.
Ia menilai teknologi ini dapat menjadi solusi energi terjangkau dengan nilai keberlanjutan tinggi.
Terkait pihak yang bertanggung jawab dalam pengelolaan baterai bekas EV, ia menyebut produsen memegang peran utama. Produsen dinilai perlu menyediakan edukasi, teknologi pengolahan, dan sistem daur ulang yang aman.
“Kemudian yang mengurusi lingkungan hidup, karena baterai yang sudah tidak layak untuk otomotif masih bisa dipakai untuk tugas-tugas ringan,” imbuh Bebin.
Mengenai potensi Indonesia menjadi pusat pengelolaan baterai bekas EV, ia menilai peluang itu terbuka lebar. Indonesia memiliki pasar EV yang tumbuh cepat serta ekosistem industri baterai yang berkembang. Namun, ia menekankan bahwa kemajuan bergantung pada kemampuan inovasi.
Bebin mencontohkan India dan Pakistan yang menampung baterai bekas dari Eropa, kemudian memilahnya untuk penggunaan baru pada kendaraan ringan maupun instalasi listrik kecil.
“Semua kembali pada kreativitas. Baterai limbah bisa memberi manfaat besar, bahkan untuk rumah-rumah yang belum mendapat aliran listrik,” ujarnya.
Diketahui, perusahaan rintisan atau startup asal India, mengklaim telah berhasil menemukan cara mendaur ulang baterai mobil untuk menghindari terjadinya penumpukan limbah baterai bekas.
ACE Green Recycling mengaku telah mengembangkan sebuah inovasi dengan memanfaatkan proses suhu ruangan untuk mengubah timbal dari baterai bekas menjadi bahan murni.




