Top
Begin typing your search above and press return to search.

Perkuat pemilahan sampah rumah tangga, BLDF gandeng PKK Kabupaten Kudus

Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF) bersama Pemerintah Kabupaten Kudus Jawa Tengah sejak tahun 2018 secara konsisten, memperkuat pengelolaan sampah organik sebagai bagian dari komitmen mewujudkan lingkungan yang bersih dan nyaman.

Perkuat pemilahan sampah rumah tangga, BLDF gandeng PKK Kabupaten Kudus
X

Sumber foto: Sutini/elshinta.com.

Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF) bersama Pemerintah Kabupaten Kudus Jawa Tengah sejak tahun 2018 secara konsisten, memperkuat pengelolaan sampah organik sebagai bagian dari komitmen mewujudkan lingkungan yang bersih dan nyaman. Upaya tersebut dilakukan melalui penguatan sistem pengelolaan sampah dari hulu hingga hilir, sekaligus mendorong keterlibatan aktif masyarakat sebagai fondasi keberlanjutan jangka panjang.

Guna Mewujudkan hal tersebut, BLDF berkolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten Kudus dan Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kabupaten Kudus menggelar “Sosialisasi Pengelolaan Sampah Organik Rumah Tangga” di Pendopo Kabupaten Kudus, Rabu (17/12). Kegiatan yang melibatkan sekitar 150 kader PKK dari Kecamatan Jati, Undaan, Kota Kudus, Jekulo, Bae, Kaliwungu, Dawe, Mejobo, dan Gebog difokuskan pada upaya mendorong perubahan perilaku masyarakat dalam mengelola sampah sejak dari sumbernya, yaitu rumah tangga, dengan memperkuat peran ibu sebagai penggerak utama. Inisiatif ini juga menjadi bentuk dukungan BLDF terhadap Program Pokok PKK ke-9 tentang Kelestarian Lingkungan Hidup.

Sebagai salah satu kabupaten dengan aktivitas industri dan kepadatan penduduk yang tinggi di Jawa Tengah, Kabupaten Kudus menghadapi tantangan dalam pengelolaan sampah. Berdasarkan data sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), pada 2024 timbulan sampah di Kabupaten Kudus tercatat lebih dari 150 ribu ton per tahun atau sekitiar 437 ton per hari. Angka tersebut menyumbang sekitar 4,5 persen terhadap total timbulan sampah nasional, sehingga menegaskan urgensi penanganan sampah yang lebih sistematis, adaptif, dan berkelanjutan. Kondisi ini sekaligus membuka ruang bagi penguatan kolaborasi lintas pemangku kepentingan serta pengembangan inovasi pengelolaan sampah yang lebih efektif di Kabupaten Kudus.

“Pengelolaan sampah tidak hanya persoalan teknis, tetapi juga erat kaitannya dengan perubahan perilaku. Oleh karena itu, rumah tangga menjadi titik awal yang sangat krusial. Bertepatan dengan momentum Hari Ibu, sosialisasi ini menjadi ruang komunikasi bagi BLDF untuk memperkuat kapasitas ibu dan keluarganya agar mampu mengelola sampah secara lebih terencana dan berkelanjutan, sehingga dampaknya dapat dirasakan langsung oleh lingkungan sekitar,” ujar Mutiara Diah Asmara, Director – Communication Djarum Foundation seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Sutini, Rabu (17/12).

Ketua TP PKK Kabupaten Kudus, Endhah Endhayani Sam’ani Intakoris, menegaskan bahwa perempuan memegang peran strategis dalam pengelolaan lingkungan di lingkup keluarga. PKK Kabupaten Kudus menaungi puluhan ribu kader yang tersebar di seluruh desa dan kelurahan, sehingga memiliki potensi besar dalam mendorong perilaku masyarakat.


“Perempuan, khususnya para ibu memiliki peran sentral dalam mengatur pola konsumsi sekaligus mengelola limbah rumah tangga. Jika setiap keluarga yang didampingi kader PKK mulai memilah dan mengolah sampah organik dari dapur, dampaknya akan sangat signifikan dalam menekan volume sampah yang berakhir di TPA. Ketika ibu bergerak, keluarga ikut berubah, dan ketika ribuan keluarga bergerak bersama, dampak itu akan terasa di tingkat kabupaten,” ujarnya.

Dalam sesi diskusi, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup (PKPLH) Kabupaten Kudus, Sulistiyowati, menekankan bahwa persoalan sampah merupakan isu lintas sektor yang membutuhkan kolaborasi antara pemerintah, dunia usaha, komunitas, dan masyarakat. Ia menambahkan bahwa praktik pemilahan sampah di tingkat rumah tangga menjadi faktor kunci agar berbagai kebijakan dan program pengelolaan sampah dapat berjalan lebih efektif dan berkelanjutan.

Dalam kesempatan yang sama, BLDF juga memaparkan program Kudus ASIK yang mendorong masyarakat untuk memulai pemilahan sampah dari rumah, sekaligus menghadirkan konsep penjemputan sampah organik secara berkala. Melalui program ini, BLDF membangun rantai pengelolaan sampah organik yang berkesinambungan, mulai dari rumah tangga hingga fasilitas pengolahan, guna memastikan hasil pemilahan dapat dikelola secara optimal. Paparan tersebut disampaikan oleh Redi Joko Prasetyo, Deputy Program Manager BLDF.

Isman Ridhwansah, Influencer Kudus ASIK sekaligus peserta MasterChef Indonesia musim ketujuh, menambahkan bahwa media sosial memiliki peran penting dalam memperluas jangkauan edukasi pengelolaan sampah, terutama di kalangan generasi muda. Menurutnya, pesan pengelolaan sampah perlu dikemas secara relevan, kreatif dan inspiratif agar mampu mendorong masyarakat untuk mulai bergerak dari ruang terdekat, yaitu dapur dan rumah tangga.

Pendekatan tersebut diwujudkan melalui sesi praktik berkelompok yang mengombinasikan demo memasak zero-waste oleh Isman sekaligus dengan sesi berbagi tentang pembuatan konten media sosial. Para kader PKK dibekali keterampilan mengolah bahan pangan secara menyeluruh untuk meminimalkan limbah, sekaligus kemampuan menyusun konten edukatif untuk sebagai bagian dari kampanye pengelolaan sampah organik di ruang digital.

Sumber : Radio Elshinta

Related Stories
Next Story
All Rights Reserved. Copyright @2019
Powered By Hocalwire