Top
Begin typing your search above and press return to search.

SEMTA ke-8 APPBIPA Jepang bahas pemanfaatan teknologi dalam pengajaran Bahasa Indonesia

Berbagai kreativitas dan inovasi terus ditingkatkan dalam pengajaran Bahasa Indonesia di Jepang salah satunya dengan pemanfaatan teknologi. Hal itu mengemuka dalam Seminar Tahunan (SEMTA) ke-8 Afiliasi Pengajar dan Pegiat Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (APPBIPA) di Jepang melalui daring, pada Sabtu 27 September 2025.

SEMTA ke-8 APPBIPA Jepang bahas pemanfaatan teknologi dalam pengajaran Bahasa Indonesia
X

Sumber foto: KBRI Tokyo/elshinta.com.

Berbagai kreativitas dan inovasi terus ditingkatkan dalam pengajaran Bahasa Indonesia di Jepang salah satunya dengan pemanfaatan teknologi. Hal itu mengemuka dalam Seminar Tahunan (SEMTA) ke-8 Afiliasi Pengajar dan Pegiat Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (APPBIPA) di Jepang melalui daring, pada Sabtu 27 September 2025.

SEMTA 2025 yang bertemakan Pemanfaatan Teknologi dan Pemberdayaan Pembelajaran Mendalam dalam Pengajaran BIPA menghadirkan pembicara Koordinator Fungsi Penerangan Sosial Budaya KBRI Tokyo Muhammad Al Aula; Kepala Pusat Pemberdayaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah RI, Dr. Iwa Lukmana; Pengajar pada English Education Study Program Ganesha University of Education, Bali, Dr. Made Hery Santosa; dan, Pengurus APP-BIPA Jepang Petrus Ari Santoso.

Dalam sambutan pembukanya Muhammad Al Aula berharap SEMTA 2025 dapat melahirkan ide dan semangat baru untuk kemajuan pembelajaran Bahasa Indonesia di Jepang.

“AABIPA memiliki perang penting tidak hanya dalam pengajaran Bahasa Indonesia tetapi juga mempromosikan jati diri bangsa. Manfaatkan teknologi saat ini dan kembangkan kurikulum yang adaptif dan lakukan kolaborasi lintas disiplin sehingga dapat membuka wawasan secara lebih luas. Jadikan Bahasa Indonesia tidak hanya untuk komunikasi tetapi juga menjadi bahasa diplomasi, bahasa ilmu dan bahasa perdaban dunia. KBRI Tokyo senantiasa mendukung APPBIPA dan seluruh mitra pendidikan dalam memperkuat peran Bahasa Indonesia di Jepang,” ujar Al Aula.

Muhammad Al Aula yang juga selaku salah seorang pemateri menekankan perlunya antisipasi terhadap perubahan perilaku masyarakat global, khususnya generasi muda yang menunjukkan preferensi terhadap interaksi cepat, visual dan kolaboratif.

“Era kecerdasan buatan, big data, dan realitas virtual menjadi bagian tak terpisahkan dari proses belajar. Pembelajaran bahasa dituntut lebih fleksibel dan berbasis platform digital yang memungkinkan setiap individu dapat belajar kapan dan dimana saja. Teknologi harus dimanfaatkan bukan hanya sebagai alat bantu melainkan sebagai mitra strategis dalam menarik minat pembelajar Bahasa Indonesia di Jepang. Untuk itu, pengajar BIPA perlu menjawab kebutuhan pembelajar masa kini dan masa depan yang lebih kritis dan terbuka pada dunia,” pesan Muhammad Al Aula yang didampingi oleh Atase Pendidikan Prof. Amzul Rifin.

Iwa Lukmana dalam paparannya menekankan sistim pendidikan yang lebih fleksibel dan responsif terhadap perkembangan global. Untuk itu menurutnya, perlu adanya kesadaran dari pengajar aktif meregulasi diri menerapkan pengetahuan dalam kehidupan nyata. Jika itu terwujud menurutnya, akan tercipta suasana belajar yang positif, menyenangkan dan memotivasi.

Sementara itu Made Hery Santosa dalam penjelasannya menggarisbawahi, kemajuan pesat teknologi kecerdasan artifisial (Artificial Intelligence/AI) telah menciptakan perubahan pada berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk bidang pendidikan.

“Salah satu kontribusi signifikan dari penggunaan AI dalam tugas rutin di lingkungan pendidikan. AI memungkinkan guru untuk lebih fokus, bermakna serta meningkatkan kualitas interaksi dengan siswa dalam proses pengajaran,” terang Made Hery Santosa.

Meski demikian Made Hery Santosa memastikan, AI tidak akan pernah menggantikan peran manusia. Menurutnya, seorang pengajar dapat lebih memahami karateristik dan latar belakang minat orang Jepang belajar bahasa Indonesia. Selain itu, seorang pengajar juga dituntut untuk mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan di ruang kelas.

SEMTA 2025 yang dihadiri 99 peserta, dibuka oleh Ketua APPBIPA Pusat Prof Dr. Gatut Susanto. Turut hadir Ketua APPBIPA cabang Jepang Prof. Suyoto dan Penasihat APPBIPA Cabang Jepang Prof. Funada Kyoko.

Setelah pemaparan dari pemateri, APP-BIPA cabang Jepang melakukan musyarawah cabang (muscab) dengan dihadiri 11 dari total 38 orang. Sebelum pelaksanaan muscab telah dilakukan pemilihan suara secara online yang menetapkan Petrus Ari Santoso menjadi ketua APPBIPA cabang Jepang periode 2025-2029, menggantikan Prof. Suyoto.

Sumber : Elshinta.Com

Related Stories
Next Story
All Rights Reserved. Copyright @2019
Powered By Hocalwire