BNPB fokus tangani 4 daerah terisolir, logistik di-drop via udara

Kepala Pusat Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Abdul Muhari
Kepala Pusat Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Abdul Muhari
Bencana banjir dan longsor yang melanda tiga provinsi di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat masih menyisakan tantangan besar dalam penanganan darurat. Hingga Senin (1/12/2025), tercatat 604 jiwa meninggal dunia dan ratusan lainnya masih hilang.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Abdul Muhari, menjelaskan bahwa sebagian besar wilayah di Sumatera Utara dan Sumatera Barat sudah kembali dapat diakses. Ia menegaskan bahwa pembukaan akses ini menjadi kunci percepatan bantuan.
“Secara umum untuk Sumut dan Sumbar sudah tidak ada lagi kabupaten/kota yang tidak bisa diakses. Semua sudah bisa dimasuki, termasuk lewat jalur udara,” tegas Abdul Muhari, dalam wawancara di Elshinta yang dipandu Yuniar Kustanto di Jakarta, Selasa (2/12/2025).
Abdul Muhari menyampaikan bahwa kondisi Aceh masih menjadi perhatian besar BNPB. Ia menuturkan bahwa masih ada empat kabupaten yang hingga kini terisolasi.
“Empat daerah ini menjadi fokus kami 1–2 hari ke depan. Akses terputus menyebabkan pasokan pangan menipis, sehingga harus segera ditangani,” jelasnya Muhari.
Ia juga memaparkan bahwa pengiriman bantuan melalui udara terus ditingkatkan. Menurutnya, jalur udara masih menjadi opsi paling efektif untuk wilayah yang terputus akses darat.
“Hari ini kami melepas lagi empat ton bantuan melalui beberapa sorti heli ke Aceh Tengah. Kendalanya, kapasitas angkut heli kecil sehingga frekuensi penerbangan harus sering,” ujarnya.
Muhari menanggapi keraguan sebagian masyarakat atas efektivitas jalur udara. Ia menekankan bahwa kecepatan distribusi bantuan menjadi prioritas utama dalam situasi darurat.
“Tidak mungkin satu heli membawa bantuan per keluarga. Yang penting adalah logistik bisa masuk dulu, sementara jalur darat dan laut memiliki kapasitas angkut yang jauh lebih besar,” jelasnya.
Terkait kondisi Sumatera Barat dan Sumatera Utara, ia menegaskan bahwa koordinasi pengiriman bantuan terus dioptimalkan. BNPB memaksimalkan jalur laut dan udara untuk mempercepat distribusi logistik.
“Kapal BNPB sudah membawa 100 ton beras ke Sibolga. Dari sana, logistik diturunkan lewat udara ke titik-titik terdampak,” paparnya.
Ia menambahkan bahwa Aceh Tamiang mulai dapat diakses setelah sebelumnya terisolasi. BNPB sudah mengerahkan dukungan komunikasi darurat ke wilayah tersebut.
“Dua unit bantuan Stangling dari Presiden sudah didistribusikan. Ada yang sudah beroperasi untuk petugas, ada yang menjangkau warga,” ujar Muhari.
Muhari menekankan bahwa pembangunan hunian sementara (Huntara) masih menunggu penetapan lokasi aman dari pemerintah daerah. Ia menuturkan bahwa fokus utama BNPB saat ini tetap pada pencarian korban dan pemenuhan logistik harian.
“Kita harus memastikan lahan yang disiapkan aman dan tidak berada di lokasi dengan risiko bencana serupa. Namun prioritas saat ini tetap pencarian korban dan pemenuhan logistik,” tegasnya.
Terkait isu penjarahan akibat keterlambatan bantuan, ia menyatakan bahwa pemerintah sudah menyiapkan solusi kedaruratan. Bulog juga telah diarahkan untuk membuka akses pasokan pangan bagi warga.
“Bulog sudah membuka unit-unit mereka untuk digunakan masyarakat jika bantuan pemerintah belum tiba. Logistik yang tersedia di gudang bisa dipakai untuk pemenuhan kebutuhan mendesak,” terang Muhari.
BNPB memastikan penanganan darurat di tiga provinsi terus dimaksimalkan. Upaya dilakukan melalui moda udara, laut, dan darat untuk memastikan bantuan tiba tepat waktu.
Penulis: Akbar Bagus Prasongko/Ter




