Top
Begin typing your search above and press return to search.

Operasi pencarian longsor Banjarnegara terkendala material masih basah

Operasi pencarian longsor Banjarnegara terkendala material masih basah
X

Musibah tanah longsor di Banjarnegara, Jateng, November 2025

Operasi pencarian korban longsor di Desa Pandanarum Banjarnegara Jawa Tengah agak terhambat dengan material lumpuran yang masih basah dan bergerak. Hal itu diungkapkan oleh Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, dalam wawancara Edisi Pagi Elshinta News and Talk, Jumat (21/11/2025)

Menurut Abdul Muhari, kondisi tanah yang ada dilokasi longor tersebut sedikit memperlambat operasi pencarian yang dilakukan. Kondisi tersebut berbeda dengan operasi pencarian para korban longsor yang terjadi di Desa Cibeunying Majenang Cilacap Jawa Tengah.

“Begitu intensitas hujan kita kurangi dengan modifikasi cuaca maka operasi pencarian bisa kita maksimalkan. Tetapi di Banjarnegara memang dalam empat hari pasca longor kondisi material tanahnya masih basah,” ungkap Abdul Muhari dalam wawancara yang dipandu Anchor Farma Dinata.

Abdul Muhari menjelaskan meskipun ada hambatan dalam operasi pencarian korban longsor di Desa Pandanarum Banjarnegara, sampai berita ini diturunkan, tercatat 10 jasad korban sudah ditemukan dengan rincian 8 jasad sudah teridentifikasi, 1 jasad belum terindentifikasi dan 1 bagian tubuh (bodypart). Ia mengatakan masih cukup banyak korban yang belum ditemukan.

“Data operasi pencarian masih ada 20 orang yang dilakukan pencarian. Ini identitasnya sudah kita ketahui bersama, jadi siapa, dititik mana dan rumahnya dimana itu sudah diketahui,” terang Abdul Muhari dalam wawancara dengan Elshinta tersebut.

Selain itu Abdul Muhari mengatakan, pihaknya berharap kondisi cuaca mendukung dan material longsoran setidaknya tidak lagi menunjukkan kondisi yang terus bergerak yang mungkin bisa membahayakan personil dalam operasi pencarian di lapangan.

Ia menjelaskan, dalam operasi SAR pencarian di Banjarnegara dilakukan manual atau tidak menggunakan alat berat untuk menghindari pergerakan jika melakukan pemindahan material longsor. Meski demikian Abdul Muhari memastikan dilapangan saat ini sudah tersedia 7 alat berat yang penggunaannya melihat perkembangan dilapangan terutama kondisi material di lokasi.

Pada kesempatan tersebut Abdul Muhari menjelaskan, pada bulan November ini di wilayah Indonesia ada tiga kejadian longsor yang korbannya cukup signifikan. Pada awal bulan November terjadi longsor di Nduga, Papua Pegunungan yang menyebabkan 23 orang meninggal dunia; Cilacap Jawa Tengah yang menyebabkan 23 orang meninggal dunia; dan di Banjarnegara ada 28 orang yang terduga hilang dan masih dalam pencarian.

Ia menjelaskan memang saat ini kondisi intensitas hujan sangat tinggi. Untuk itu bagi warga masyarakat yang tinggal atau berada di daerah kelerengan ada beberapa hal praktis yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi menjadi korban bencana.

“Sering-seringlah untuk melihat ke lokasi perbukitan, kalau misalkan ada posisi pohon yang miring maka itu tanda-tanda awal akan terjadinya longsoran,” jelas Abdul Muhari.

Menurut Abdul Muhari kalau di puncak bukit atau dipinggang bukit ada dua atau tiga pohon yang mirin berarti ada rekahan. Jika hal itu sudah terjadi, maka longsor bisa terjadi bisa terjadi jam itu, hari itu atau bisa terjadi pada minggu itu. Denga nada tanda-tanfa tersebut maka masyarakat sudah harus evakuasi sampai benar-benar kondisi aman.

Penulis: M. Muslichun/Ter

Sumber : Radio Elshinta

Related Stories
Next Story
All Rights Reserved. Copyright @2019
Powered By Hocalwire