7 Oktober 1945: Aksi heroik rakyat Yogya rebut senjata dari Jepang

Foto arsip jenazah pahlawan yang gugur dalam Pertempuran Kotabaru 1945. (https://tinyurl.com/bdewhm2d)
Foto arsip jenazah pahlawan yang gugur dalam Pertempuran Kotabaru 1945. (https://tinyurl.com/bdewhm2d)
Sepekan setelah Proklamasi Kemerdekaan, rakyat Yogyakarta bangkit melawan pendudukan Jepang dengan melakukan serangan ke markas militer Jepang di Kotabaru. Peristiwa yang dikenal sebagai Serbuan Kotabaru ini menjadi titik balik penting dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia di wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya.
Serangan terjadi pada dini hari tanggal 7 Oktober 1945. Ribuan pemuda, yang sebagian besar merupakan anggota laskar rakyat, berkoordinasi dengan tokoh-tokoh masyarakat dan pemimpin lokal. Mereka bergerak menuju markas tentara Jepang di Kotabaru yang saat itu masih menguasai persenjataan dan instalasi militer di Yogyakarta.
Aksi ini dipicu oleh kegigihan rakyat untuk mempertahankan kemerdekaan yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Meski Jepang sudah menyerah kepada Sekutu pada bulan Agustus, pasukan mereka di Indonesia belum sepenuhnya dilucuti dan enggan menyerahkan senjata. Hal tersebut memicu ketegangan dengan para pemuda pejuang.
Dalam pertempuran singkat namun sengit itu, rakyat berhasil menguasai markas dan merebut senjata dari tangan tentara Jepang. Beberapa pejuang gugur dalam perlawanan tersebut, tetapi kemenangan ini menandai keberhasilan rakyat Yogyakarta dalam memperkuat persenjataan untuk menghadapi ancaman kembalinya pasukan Sekutu dan Belanda.
Serbuan Kotabaru juga menunjukkan kekompakan antara pemuda dan masyarakat sipil Yogyakarta dalam mendukung Republik yang baru lahir. Peristiwa ini kemudian dikenang sebagai salah satu momen heroik dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Kini, setiap tahun, masyarakat Yogyakarta dan sejumlah komunitas sejarah mengadakan napak tilas dan upacara tabur bunga untuk mengenang keberanian para pejuang dalam Serbuan Kotabaru.