VOA Indonesia - Taliban: Presenter TV Perempuan Afghanistan Wajib Kenakan Penutup Wajah
Pemerintah Taliban di Afghanistan, pada hari Kamis (19/5), memerintahkan saluran televisi di negara itu untuk memastikan para presenter perempuan menutup wajah mereka saat tampil di depan layar. Kebijakan itu semakin membatasi hak-hak perempuan Afghanistan, terlepas dari kecaman dunia.
Perusahaan-perusahaan media Afghanistan mengonfirmasi bahwa mereka telah menerima dekrit dari Kementerian Kebaikan dan Kebajikan Taliban, yang bertugas menginterpretasi dan menegakkan hukum Syariah versi Taliban.
Stasiun televisi Tolo News mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pejabat kementerian menyebut perintah baru itu sebagai “keputusan akhir dan tidak untuk didiskusikan.” Media itu menulis dalam akun Twitternya bahwa “perintah baru mewajibkan seluruh presenter perempuan yang bekerja di semua saluran TV untuk menutup wajah mereka saat membawakan acara.”
Juru bicara kementerian, Akif Sadiq, mengonfirmasi kepada VOA bahwa pihaknya telah mengarahkan semua media dalam negeri di ibu kota Afghanistan, Kabul, untuk melarang staf perempuan bersiaran kecuali mengenakan penutup wajah.
Para kritikus mengecam tindakan keras Afghanistan yang terus berlanjut terhadap hak-hak perempuan.
“Selain melanggar hak-hak perempuan atas kebebasan dan berekspresi, perintah ini juga akan memblokir akses informasi bagi orang-orang dengan gangguan pendengaran yang membaca bibir dan orang-orang yang mengandalkan isyarat bicara visual untuk membantu mereka memahami orang-orang di televisi,” tulis Heather Barr dari Human Rights Watch di Twitter.
Sejak mengambil alih kekuasan pada Agustus 2021, pemerintahan sementara Taliban yang seluruhnya laki-laki telah mewajibkan perempuan tunduk pada serangkaian pembatasan yang memberatkan.
Perempuan Afghanistan telah diwajibkan mengenakan pakaian yang menutup kepala hingga ujung kaki dan menutup wajah mereka di muka umum. Wali laki-laki mereka yang tidak patuh dapat dihukum penjara selama tiga hari atau lebih.
Sebagian besar perempuan telah diminta untuk tidak kembali bekerja atau bepergian jauh kecuali ditemani kerabat dekat laki-laki. Siswi SMP di atas 12 tahun tidak diizinkan melanjutkan pendidikan mereka.
Represi terhadap hak-hak perempuan telah memicu amarah aktivis Afghanistan dan masyarakat internasional. Namun Taliban membela kebijakan mereka yang dinilai sesuai dengan budaya dan tradisi Islam – gagasan yang dibantah oleh beberapa cendekiawan Islam, yang mengatakan bahwa aturan berpakaian sesuai gender itu diilhami norma-norma pedesaan Afghanistan saja. [rd/ab]
Selasa, 28 Juni 2022 - 09:57 WIB
Pihak berwenang di negara bagian Zamfara Nigeria mengatakan mereka akan mulai memberikan lisensi sen...
Selasa, 28 Juni 2022 - 09:57 WIB
Amerika dan anggota kelompok tujuh ekonomi terkemuka lainnya, Senin (27/6) memberlakukan sanksi baru...
Selasa, 28 Juni 2022 - 09:57 WIB
Empat mahasiswa American University di Cairo telah mengembangkan semen yang mampu menyerap energi da...
Selasa, 28 Juni 2022 - 09:57 WIB
Perusahaan Pfizer Inc. dan mitranya BioNTech SE mengatakan akhir pekan, bahwa suntikan booster COVID...
Selasa, 28 Juni 2022 - 09:57 WIB
Program Pangan Dunia (WFP) PBB mengumumkan kembali pengurangan bantuan pangan ke Yaman yang dilanda ...
Selasa, 28 Juni 2022 - 09:57 WIB
Para pengunjuk rasa di ibu kota keuangan India, Mumbai, pada hari Senin (27/6) menuntut pembebasan s...
Selasa, 28 Juni 2022 - 09:57 WIB
"Setelah berkunjung ke Xinjiang dan tempat lain di China, ia tidak menemukan bukti genosida.”
Selasa, 28 Juni 2022 - 09:57 WIB
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan pada hari Senin (27/6) bahwa Putra Mahkota Uni Emirat Ar...
Selasa, 28 Juni 2022 - 09:57 WIB
Kepolisian Afrika Selatan pada hari Senin (27/6) menyisir sebuah bar di mana 21 remaja tewas secara ...
Selasa, 28 Juni 2022 - 09:57 WIB
Serangan rudal Rusia ke sebuah mal yang ramai pengunjung di kota Kremenchuk, Ukraina tengah menewask...