Elshinta.com - Pemerintah mengajak perantau alias diaspora yang tergabung dalam Persatuan Pelajar Indonesia di Korea (Perpika) untuk ikut berkontribusi membangun perekonomian nasional, termasuk upaya pengembangan sektor industri manufaktur.
Pasalnya, mereka memiliki peranan strategis karena telah mengenyam pendidikan dan pengalaman bidang ilmu pengetahuan dan teknologi selama di Negeri Ginseng itu.
“Oleh karena itu, diperlukan sinergi dan kolaborasi yang kuat, terlebih lagi untuk mewujudkan visi dasar pembangunan industri nasional. Tujuannya yaitu memperdalam struktur, meningkatkan daya saing di kancah global, dan berbasis pada inovasi,” kata Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto saat menjadi pembicara pada Seminar Ikatan Alumni Perpika di Seoul, melalui keterangannya yang dihimpun Antara di Jakarta, Minggu (9/9).
Di hadapan lebih dari 50 peserta, dia menyampaikan, Presiden Joko Widodo telah meluncurkan peta jalan Making Indonesia 4.0. Strategi ini menjadi agenda nasional sebagai kesiapan dalam mengimplementasikan revolusi industri generasi keempat.
“Pembentukan strategi itu guna mendukung kinerja industri nasional di era digital, sehingga dapat memacu pertumbuhan ekonomi yang inklusif,” jelasnya.
Aspirasi besar dari Making Indonesia 4.0 adalah menjadikan Indonesia dalam jajaran 10 negara dengan perekonomian terkuat di dunia pada 2030.
Peluang kerja sama antara pemerintah dengan kalangan perantauan, misalnya dalam rangka pemenuhan kebutuhan sumber daya di bidang perindustrian nasional melalui kegiatan riset dan pemanfaatan teknologi terkini. “Salah satu langkah strategis dalam menerapkan peta jalan Making Indonesia 4.0, yakni pembangunan infrastruktur digital dan ekosistem inovasi,” ungkapnya.