Elshinta.com - Kisah dunia startup tidak melulu soal kegemilangan anak muda yang meraih sukses dari garasi rumah atau kamar asrama. Tidak banyak yang tahu bahwa kisah para startup justru lebih banyak berisi kegagalan ketimbang kesuksesan yang gilang gemilang. Hal itu setidaknya terlihat dari data yang dirilis oleh Forbes, yang menyebutkan bahwa 90 persen startup di dunia mengalami kegagalan.
Sejak tahun 2016, tren startup yang mengusung financial technology (fintech) berkembang dengan pesat setelah sebelumnya diramaikan dengan ecommerce dan transportasi online. Sama seperti startup jenis lain, fintech pun banyak yang berguguran atau terganjal permasalahan karena berbagai alasan.
Menurut Natali Ardianto, mantan Chief Technology Officer (CTO) Tiket.com yang telah banyak membimbing startup selama 10 tahun terkahir, kesalahan mereka yang pertama sekali adalah soal mindset. “Kesalahan mereka ketika masuk ke fintech, itu pemikirannya adalah technology first padahal masuk fintech itu sebetulnya compliance first.” ungkap Natali Ardianto yang kini “hijrah” ke EmasDigi, sebuah layanan fintech investasi emas kepada Elshinta.com (14/9).
Startup fintech menurut Natali, seharusnya terlebih dahulu fokus pada hal-hal yang menyangkut regulasi, bukan membuat aplikasi yang bagus. “Licence, mengikuti peraturan yang digariskan oleh pemerintah, dan akses terhadap regulator ini yang penting.” tambahnya. Apa yang dikatakan oleh Natali terbukti dengan kasus penghentian operasional investasi emas digital yang baru-baru ini terjadi.
Seperti yang dikutip dari Antara, Satgas Waspada Investasi menemukan 10 entitas yang diduga melakukan kegiatan usaha tanpa izin dari pihak berwenang dan berpotensi merugikan masyarakat. Perusahaan tersebut diketahui tidak memiliki izin dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) yang dibawah naungan Kementerian Perdagangan. Sejak Januari hingga September 2018, Satgas Waspada Investasi mencatat sudah ada 108 entitas perusahaan dihentikan karena masih bermasalah.