Elshinta.com - Permasalahan klasik saat memulai bisnis adalah masalah permodalan. Namun, masalah tersebut sebenarnya tidak akan berlaku bagi pelaku bisnis yang melek dengan perkembangan dunia modern saat ini. Ada banyak sumber-sumber pendanaan lain yang bisa ditempuh oleh pelaku bisnis untuk mewujudkan ide bisnisnya yang besar.
Akses permodalan yang cukup familiar tentu saja adalah perbankan. Namun, akses permodalan yang satu ini cukup sulit diakses untuk pelaku-pelaku usaha baru, apalagi yang hanya bermodalkan ide besar. Bank biasanya hanya mau mendanai bisnis yang sudah cukup berjalan dengan baik, memiliki jaminan dan prosedur lainnya.
Tetapi sekarang, sejak semakin bergaungnya dunia startup di tanah air, kita pun menjadi familiar dengan istilah Venture Capital. Venture Capital atau yang biasa disingkat menjadi VC merupakan investor profesional yang mengkhususkan diri pada pemberian modal bagi para pelaku usaha pemula yang berpotensi menghasilkan keuntungan jangka panjang.
Venture Capital berani “bertaruh” untuk memberikan pendanaan yang sering kali dalam jumlah sangat besar untuk perusahaan-perusahaan yang mampu menciptakan produk inovatif dan bakal menghasilkan keuntungan besar di masa depan. Dikatakan “bertaruh” karena mereka menyadari bahwa sedang mendanai perusahaan yang memiliki tingkat kegagalan tinggi. Menurut Fortune, startup di dunia memiliki tingkat kegagalan hingga 90%.
Venture Capitalist ingin membeli masa depan dengan berlomba-lomba menemukan startup yang berpotensi menjadi unicorn. Istilah unicorn sendiri digunakan pada perusahaan baru yang memiliki valuasi USD 1 Milyar atau setara 13 triliun rupiah. Stratup unicorn akan menjelma menjadi perusahaan yang sangat besar dan mendatangkan keuntungan investasi yang sangat besar pula bagi para Venture Capital.