Elshinta.com - Perkembangan startup di Indonesia saat ini telah mengarah ke berbagai bidang, salah satunya di bidang agrikultur. Startup asal kota kembang Bandung bernama eFishery ini mencoba membantu peternak ikan untuk memberikan pakan ikan yang efektif dan efisien menggunakan teknologi.
Mereka menciptakan alat yang dapat memberikan pakan ikan di kolam secara otomatis dengan takaran dan waktu pemberian yang sudah diprogram sebelumnya. Dalam budidaya ikan, petani menghabiskan 60-70 persen modalnya untuk pakan ikan.
Menurut Gibran Huzaefah yang dikutip dari BBC, selama ini pemberian makan ikan menggunakan tangan dinilai tidak efektif dari sisi komposisi maupun kualitas gizi pakan ketika dikonsumsi oleh ikan. Pakan ikan seringkali dilembarkan dalam jumlah yang terlalu banyak dan langsung terendam oleh air sehingga beberapa kandungan nutrisinya bisa berkurang hingga 98%.
Baca juga: Crowde, startup investasi sahabat petani
Sebagai solusinya, eFishery menciptakan sebuah alat yang dapat memberi pakan secara otomatis, disesuaikan dengan kuantitas dan waktu pemberian makannya. Mereka membuat pola pemberian pakan berbasis algoritma yang disebutnya feeding program, untuk empat komoditas budidaya ikan; ikan nila, mas, lele, serta udang.
Dengan pemberian pakan yang tepat, Gibran mengklaim bahwa itu menurunkan jumlah pakan ikan yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu kilogram ikan yang disebut sebagai Food Convertion Ratio (FCR) sampai 24%.
Tidak berhenti sampai pada pembuatan alat yang dapat memberi makan ikan secara otomatis. Jauh daripada itu, ia menginginkan agar mendapatkan data dari petani yang selama ini tidak tersdia.
Oleh karenanya, alat yang ia ciptakan itu dapat terhubung dengan internet sehingga bisa dikendalikan melalui smartphone. Hal ini juga secara tidak langsung membuat berbagai data-data yang nantinya akan dihubungkan dengan data lain seperti data cuaca dan kualitas air.
Saat ini lebih dari 300 pembudidaya di Indonesia telah menggunakan eFishery. Mereka tersebar di wilayah-wilayah seperti Jawa Barat dan Lampung. Sementara itu, teknologi ini masih terbilang cukup mahal. Untuk setiap unitnya, alat ini dibandrol dengan harga Rp7,8 juta. Agar terjangkau oleh petani diibuat skema sewa alat seharga Rp300.000 per bulan. Mayoritas petani akhirya lebih banyak memilih skema ini.