Elshinta.com - Jejak Kamrussamad dalam bidang entrepreneurship sudah tidak bisa diragukan lagi. Keterlibatannya dengan dunia wirausaha sudah dimulai saat dirinya memasuki semester terakhir kuliahnya pada 1996.
Bagi Samad, kewirausahaan adalah sesuatu yang penting. Sebab, kewirausahaan akan mampu melahirkan masyarakat kelas menengah baru yang akan menjadi penopang ekonomi nasional. Meski demikian, menurutnya, masih terdapat beberapa kendala yang harus dibenahi.
Salah satunya, masalah akses ke permodalan. “Permodalan sekarang diharapkan agar bisa lebih fleksibel. Diakui atau tidak, perbankan nasional kita saat ini masih belum memberikan keberpihakan terhadap pengusaha pemula. Misalnya, untuk mengakses permodalan dari perbankan, masih diperlukan kolateral, laporan keuangan, dan lain-lain yang bagi pengusaha pemula dan usaha rintisan (startup) sangat sulit dipenuhi,” ujar Samad.
Kendala berikutnya adalah akses pasar. Akses pasar adalah hal terpenting bagi para pelaku usaha agar produk yang dibuatnya bisa menjangkau pasar yang lebih luas, baik dalam maupun luar negeri.
Lalu, akses terhadap teknologi yang juga masih menjadi kendala. Teknologi produksi, misal, yang harus dilakukan upgrading agar bisa menyesuaikan dengan perkembangan market.
“Tiga poin inilah yang menurut saya penting. Kalaupun mau ditambah poin keempat adalah skill pelaku usaha yang harus terus didorong. Skill bagaimana bernegosiasi, membangun networking, presentasi produk sampai bagaimana menjalin kemitraan. Para pelaku usaha kita ini banyak yang masih kurang percaya diri,” sebutnya.
Terkait permodalan, kehadiran perusahaan pembiayaan peer to per landing dianggap sangat membantu bagi para pelaku usaha rintisan yang bergerak di sektor informal. Sebab, tidak menggunakan kolateral dan bisa didapat dalam waktu yang relatif singkat.
“Nah, menurut saya pemerintah harus mendorong lahirnya pengusaha-pengusaha di bidang pembiayaan yang berbasis digital ini.”
Apalagi dunia saat ini telah dihadapkan pada revolusi industri 4.0, sebuah era dimana digitalisasi menyentuh semua lini kehidupan. Era ini tidak bisa dihindari dan sebaiknya masyarakat bisa mengikuti tren digital yang sedang terjadi.
Samad mengungkapkan, saat ini penetrasi internet di Tanah Air sudah mencapai 51%. Dengan kata lain, kira-kira 132 juta orang di Indonesia adalah pengguna internet. Artinya, pasar pengusaha yang bergerak di sektor teknologi digital semakin membesar.
Bagi para pelaku usaha, Samad menyarankan agar memiliki beberapa kompetensi. “Penting bagi pelaku usaha untuk memiliki kemampuan daya saing; daya saing produk dan daya saing dalam membuka akses pasar. Dengan memiliki daya saing maka pelaku usaha tersebut akan mampu survive. Daya saing ini meliputi kompetensi dalam produk, SDM, manajemen, dan lainnya.”
Selain itu, Samad juga mengharapkan agar para pelaku usaha mampu menerapkan teknologi digital pada setiap bisnisnya. “Saya sarankan agar gunakan digital sebagai sarana untuk mempromosikan produk. Kedua, gunakan digital sebagai sarana membangun networking. Ketiga, gunakan digital sebagai sarana untuk mendapatkan akses ke permodalan,” ujarnya.