Elshinta.com - Jakarta diyakini akan tetap memegang peranan penting sebagai pusat ekonomi Nusantara meski nantinya tidak lagi menjadi ibu kota negara. Demikian disampaikan Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Muhammad Diheim Biru.
Muhammad Diheim Biru dalam siaran pers di Jakarta, Minggu (1/9) menyatakan, untuk itu, pembenahan Jakarta pascapemindahan ibu kota tetap perlu dilakukan.
"Alasan utama mengapa ibu kota Indonesia pindah ke Kalimantan adalah keamanan dari bencana alam dan dampak perubahan iklim. Saatnya jejak-jejak ekologis yang telah dipijak di daerah ini diringankan dengan membenahi fasilitas dan infrastruktur yang kelak ditinggal lembaga pemerintahan pusat di kemudian hari," katanya.
Menurut Diheim Biru, beberapa hal yang dapat dijadikan perhatian antara lain adalah pembenahan aspek keramahan lingkungan seperti peredaman kebisingan, ruang terbuka hijau (RTH) dan penataan infrastruktur jalan.
Hal itu, ujar dia, perlu dilakukan menimbang bahwa Jakarta ke depan bisa saja diberikan otonomi daerah dan kemungkinan tidak berbenturan banyak kepentingan sehingga lebih leluasa pengelolaannya.
Ia menambahkan bahwa Jakarta, yang berpotensi menjadi destinasi wisata, sangat rentan terkena bencana alam seperti banjir dan gempa, dihimpun Antara.
Diheim juga menyoroti pengelolaan air di Jakarta saat ini banyak menyerap air tanah di bawahnya sehingga memicu kenaikan permukaan air di sekitarnya.
"Penampungan drainase air juga masih menjadi isu di beberapa tempat apabila musim hujan tiba. Ini yang menyebabkan meningkatnya ketinggian air laut di sekitar wilayah Jakarta. Oleh karena itu, pemerintah perlu meningkatkan upaya pencegahan banjir," ucapnya.
Kemudian, lanjutnya, pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan biopori yang memadai dapat menjadi opsi untuk memitigasi hal tersebut sekaligus membenahi infrastruktur sistem trotoar yang lebih ramah untuk pejalan kaki. (DAL)