Elshinta.com - Kementerian Perindustrian aktif menjalankan program Santripreneur di berbagai wilayah Indonesia. Sebab, santri di lingkungan pondok pesantren (Ponpes) berpotensi besar menjadi wirausaha industri baru, khususnya sektor industri kecil dan menengah (IKM), yang diharapkan berperan menggerakkan roda perekonomian nasional.
“Awal tahun 2020 ini, kami telah melaksanakan program Santripreneur di wilayah Banten dan Tegal. Minggu lalu, kami juga gelar kegiatan serupa di tujuh Ponpes wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah melalui bimbingan teknis serta fasilitasi mesin dan peralatan,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Gati Wibawaningsih dalam keterangan tertulisnya, dikutip Jumat.
Kegiatan ini berupa bimbingan teknis IKM makanan ringan di Ponpes Al Hikmah Karangmojo, serta bimtek pengolahan roti di Ponpes Nurul Haromain dan Ponpes Raudlatul ‘Ulum.
“Kemudian, bimtek perbengkelan roda dua di Ponpes Darul Fikr Al Madai, Ponpes Al Musanni, Ponpes Darul Quran, dan Ponpes Pangeran Diponegoro,” sebutnya.
“Bahkan, di dalam program bimtek, kami menghadirkan narasumber dari IdEA yang memberikan wawasan tentang perkembangan digital marketing. Hal ini merupakan bagian dari mendorong kesiapan pelaku IKM memasuki era revolusi industri 4.0 yang juga sejalan dengan program Making Indonesia 4.0,” tambah Gati.
Menurutnya, dengan jumlah Ponpes yang cukup banyak di Indonesia, para santri memiliki potensi yang strategis untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional.
Berdasarkan data Kementerian Agama, hingga saat ini, Indonesia memiliki sekitar 28.194 Ponpes yang tersebar di seluruh provinsi dengan total santri lebih dari 5 juta orang.
“Sejak tahun 2013 sampai sekarang, kami telah membina sebanyak 52 Ponpes yang tersebar di tujuh provinsi, yakni Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Yogyakarta, Lampung, Kalimantan Timur, dan Banten dengan lebih dari 9.348 santri yang sudah mengikuti program pelatihan produksi dan motivasi kewirausahaan,” paparnya.