Bangkitkan bisnis event di Yogya, Kemenparekraf sosialisasikan CHSE CERPEN
Pandemi COVID-19 telah meruntuhkan banyak kegiatan ekonomi. Antara lain di sektor ekonomi kreatif, bisnis event, pariwisata dan lain sebagainya.

Elshinta.com - Pandemi COVID-19 telah meruntuhkan banyak kegiatan ekonomi. Antara lain di sektor ekonomi kreatif, bisnis event, pariwisata dan lain sebagainya. Seiring dengan menurutnya kasus COVID-19 di Indonesia saat ini maka menjadi momentum yang baik untuk mendorong kebangkitan ekonomi dengan penerapan protokol kesehatan.
Sebagai upaya mendukung kebangkitan industri kreatif, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia (Kemenparekraf) menggelar kampanye Cleanliness, Health, Safety, Environment Sustainability (CHSE) Event Protocol Story (CERPEN) di Yogyakarta, salah satu destinasi pariwisata prioritas di Indonesia.
Kepala Subdirektorat Promosi Penyelenggaraan Kegiatan (event) Kemenparekraf Hafiz Agung Rifai, menjelaskan perlunya membangun kembali kepercayaan masyarakat, untuk menghidupkan kembali bisnis event, pekerja kreatif, dan ekosistem terkait lainnya yang terkena dampak pandemi. Kemenparekraf akan terus mendorong dan mendukung bisnis event untuk meningkatkan ekonomi lokal, lewat sosialisasi panduan CHSE untuk memastikan semua acara berlangsung aman.
"Ini untuk mendorong pariwisata dan industri kreatif, sekaligus meningkatkan optimisme dalam penyelenggaraan event, dengan mengadopsi protokol kenormalan baru di tengah pandemi COVID-19," katanya di Yogyakarta seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Izan Raharjo, Sabtu (23/10).
Sosialisasi CHSE bertujuan untuk menarik para pekerja kreatif untuk mensosialisasikan kampanye CHSE ke dalam muatan daerah dan kearifan lokal sehingga mudah dipahami oleh masyarakat setempat. Sosialisasi CHSE tidak hanya berfokus mempersiapkan destinasi event dan pelaku event dalam memahami protokol kesehatan dan kegiatan perizinan, tetapi juga menyasar industri kreatif lokal untuk terus berinovasi dalam menyelenggarakan acara seni dan budaya dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.
Sementara itu, dalam kesempatan itu CEO Prambanan Jazz Festival Anas Syahrul Alimi mengungkapkan, bahwa sebagai music promotor sudah siap dengan protokol event. Semenjak pandemi ini segala sesuatunya menjadi lebih panjang, karena untuk event harus ada koordinasi dengan satgas COVID-19.
"Namun untuk Prambanan Jazz terpaksa masih harus online, padahal sudah sangat siap untuk hybrid (daring dan luring)," ujarnya.
Menurutnya sampai saat ini belum ada kejelasan, terkait bahwa konser musik skala besar sudah diperbolehkan. Padahal pihaknya siap menggelar konser dengan skala besar, melibatkan penonton di lokasi. Pada event Prambanan Jazz setidaknya hampir 3000 orang yang terlibat selama tiga hari.