12 November 1998: Ribuan mahasiswa turun kejalan menentang SIdang Istimewa MPR
Hari ini 23 tahun yang lalu beberapa mahasiswa yang menggelar demonstrasi di masa transisi dari rezim Orde Baru menuju Reformasi tertembak hingga meregang nyawa, atau yang dikenal dengan Tragedi Semanggi I.

Elshinta.com - Hari ini 23 tahun yang lalu beberapa mahasiswa yang menggelar demonstrasi di masa transisi dari rezim Orde Baru menuju Reformasi tertembak hingga meregang nyawa, atau yang dikenal dengan Tragedi Semanggi I. Mulanya, mahasiswa dan elemen masyarakat melancarkan protes atas pelaksanaan sidang istimewa MPR/DPR yang menunjuk B.J. Habibie sebagai pengganti Soeharto di kursi presiden.
Mahasiswa tidak setuju karena B.J. Habibie dinilai sama saja atau kepanjangan tangan dari Orde Baru yang dinahkodai Soeharto selama lebih dari 32 tahun.
Aksi sebetulnya berlangsung sejak 11 November. Kala itu, mahasiswa dan masyarakat yang bergerak dari Jalan Salemba, bentrok dengan Pamswakarsa, Kelompok sipil bersenjata yang dibentuk TNI, di sekitar kompleks Tugu Proklamasi.
Kemudian pada 12 November 1998, ratusan ribu mahasiswa dan masyarakat bergerak menuju ke gedung DPR/MPR dari segala arah, Semanggi-Slipi-Kuningan. Namun, tidak ada satupun yang berhasil sampai gedung DPR/MPR karena dikawal dengan sangat ketat oleh aparat.
Pada malam harinya terjadi bentrok di daerah Slipi dan Jl. Sudirman. Puluhan mahasiswa dilarikan ke rumah sakit. Ribuan mahasiswa dievakuasi ke Universitas Atma Jaya. Satu orang pelajar, yaitu Lukman Firdaus, mengalami luka berat dan masuk rumah sakit. Beberapa hari kemudian ia meninggal dunia.
Esok harinya, Jumat-13 November 1998, mahasiswa dan elemen masyarakat yang berada di Universitas Atma Jaya Jakarta, bergerak ke Semanggi dan sekitarnya. Mereka lalu dikepung di Jalan Jenderal Sudirman oleh aparat.
Mahasiswa dan elemen masyarakat dikepung dari dua arah sepanjang Jalan Jenderal Sudirman dengan kendaraan lapis baja aparat. Peluru tajam juga berdesingan.
Hingga kemudian, Tim Relawan untuk Kemanusiaan melaporkan ada 17 orang tewas akibat peristiwa tersebut.
Terdiri dari 6 mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi di Jakarta, 2 pelajar SMA, 2 aparat keamanan dari Polri, 4 anggota Pam Swakarsa dan sisanya warga. 4 orang diantaranya adalah yaitu Teddy Mardani, Sigit Prasetya, Engkus Kusnadi dan BR Norma Irmawan. Korban yang luka-luka mencapai 109 orang, baik dari kalangan masyarakat maupun mahasiswa.
Pada 24 September 1999, aksi unjuk rasa berujung bentrok dengan aparat kembali terjadi. Peristiwa ini dikenang sebagai Tragedi Semanggi II. Ratusan mahasiswa luka-luka dan satu orang mahasiswa tewas akibat luka tembak di depan Universitas Atma Jaya.
Baca juga Demonstrasi menuntut pembatalan RUU PKB berakhir ricuh
Sumber: cnnindonesia.com