Kota Malang barometer musik

Elshinta.com - "Ada yang buat saya berkesan saat mama saya meninggal dunia dan saya tidak punya uang untuk kembali ke Malang,” ungkap Silvia Saartje usai me-launching film dokumenter di Movie Max Sarinah, Kota Malang, Senin (15/11).

Lady Rocker yang tampil dalam sebuah konser Aktuil Vacancy Rock di Gedung Olah Raga (GOR) 27 Desember 1975 harus berkerja super keras apalagi hampir 53 tahun jalur musik cadas ini digelutinya dan mensejajarkan dirinya dengan penyanyi rock di tanah air lainnya kala itu.

“Saya harus fokus dengan film ini, tentu saja hal ini tidak mudah apalagi dimasa pandemi seperti saat ini,” ungkap Jippi sapaan akrab Sylvia Saartje.

Tentu saja sepak terjangnya dalam menyusuri dunia musik rock tidak mudah dan kisahnya pun diangkat ke layar lebar dalam film dokumenter yang digarap Yayasan Terakota.

“Saya sangat berterima kasih pada semua pihak utama yang memfasilitasi utamanya Fasilitas Bidang Kebudayaan ( FBK) 2021 bidang dokumentasi karya – pengetahuan maestro Dirjenbud Kemdikbudristek RI serta sutradara mas Subi dalam film dokumenter,“ ujarnya.

Ditambahkan Jippi, film dokumenter yang menjadi asset musik nasional dan budaya ini penuh dengan makna.

“Ini merupakan hasil riset data koleksi saya dan melalui gol dokumenter ini saya ingin sampaikan pesan bahwa tidak mudah untuk mencapai apa yang kini diraih. Dan film ini menjadi lembar memori perjalanan hidup seorang Sylvia Saartje,” jelasnya seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, El Aris, Senin (15/11).

Sementara itu Wakil Walikota Malang, Sofyan Edy Jarwoko sangat mengapresiasi film dokumenter ini.

“Ini membuktikan Kota Malang merupakan kota barometer musik di tanah air dan harus terus dijaga dan dibangkitkas,” ringkas Wakil Walikota Malang yang sempat hadir dalam acara tersebut.