Top
Begin typing your search above and press return to search.

Pelajar Jateng 'kudeta' pemerintah provinsi dan kabupaten

Anak-anak yang tergabung dalam Forum Anak Jawa Tengah mengambil alih posisi pemimpin pemerintahan.

Pelajar Jateng kudeta pemerintah provinsi dan kabupaten
X
'Gubernur Jateng' Pratomo memimpin rapat koordinasi penanganan anak-anak terdampak Covid-19. Sumber foto: Dokumentasi JSA/elshinta.com

Elshinta.com - Anak-anak yang tergabung dalam Forum Anak Jawa Tengah mengambil alih posisi pemimpin pemerintahan, Sabtu (20/11). Mereka menempati posisi gubernur, bupati, dan walikota. Bukan itu saja, mereka juga menduduki kursi jabatan Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak di sistem pemerintahan itu. Kegiatan Kids Take Over pemerintahan itu mereka lakukan untuk memperingati Hari Anak Sedunia.

Itu berarti ada satu anak menjadi gubernur dan 33 anak menjadi bupati dan walikota. Kemudian satu anak menjadi Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Jateng dan 33 anak menjadi pejabat yang sama di tingkat kabupaten/kota.
Selain pejabat pemerintahan, ada 10 anak dari Pelopor Kebaikan di Jawa Tengah yang melakukan take over terhadap dua media, yakni Radio Elshinta di Semarang dan harian Radar Semarang. Rizqi, Annisa, Nadin, Hawila, Zahra, Hafshah, Afifah, Rinjani, dan Nayla menjadi reporter dan penyiar.
Mereka melakukan siaran langsung dari studio Elshinta dan ikut terlibat dalam rapat redaksi dan persiapan pemuatan berita online dan cetak di Radar Semarang. Mereka juga meliput kegiatan Kids Take Over pemerintahan.
Kegiatan anak-anak Jateng tersebut mendapat dukungan dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Jateng, Yayasan Setara, Akatara Jurnalis Sahabat Anak, dan UNICEF.
M Pratomo Ambar Bawono, siswa SMA 7 Surakarta, misalnya, dengan elegan menjadi Gubernur Jateng dan memimpin rapat koordinasi penanganan kesehatan mental anak-anak yang terdampak pandemi Covid-19 bersama para Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
"Rasanya saya tertantang memerankan Pak Ganjar. Ia memiliki pengaruh banget terhadap kebijakan maupun menyelesaikan masalah-masalah. Saya sedikit banyak tahu bagaimana Pak Ganjar menyampaikan sesuatu dan berhadapan dengan audience," kata Pratomo.
Sementara Wulandari Mega Pratiwi dari SMA 1 Temanggung yang menduduki jabatan Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Jawa Tengah mampu menjelaskan kondisi terkini masalah yang dihadapi anak-anak akibat pandemi Covid-19.
"Senang bisa memerankan Kepala Dinas. Saya harus menguasai masalah yang dibahas. Ada tiga isu utama. Pertama anak yatim piatu terdampak Covid-19, kesehatan mental, dan pertemuan tatap muka di new normal," tutur Mega.
Maria De Lourdes dari SMA Loyola Semarang yang menjadi moderator Kids Take Over juga dengan lancar mengatur jalannya acara.
Sementara itu Christina Ningrum, fasilitator Forum Anak Provinsi Jawa Tengah menjelaskan tema kesehatan mental ini kami pilih karena melihat dampak dari situasi pandemi kepada anak-anak.
"Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Forum Anak ada 77,5% anak mengakui sering terjadi perundungan di dunia online selama masa pandemi ini," ujarnya seperti dilaporkan Kontributor Elshinta,
Joko Hendrianto.
Ia menambahkan, dalam rapat koordinasi ini yang ingin ditunjukkan adalah bagaimana pentingnya memastikan suara anak terus terdengar dan dipertimbangkan terutama dalam isu-isu yang berdampak terhadap hak-hak anak.
Dalam survey yang dilakukan oleh UNICEF dan Gallup juga memperlihatkan bahwa lebih dari 50% anak-anak dan anak muda mendapatkan tekanan lebih tinggi untuk merasa sukses, sementara itu 29% anak-anak atau 1 dari 3 anak juga sering merasa depresi atau kurang memiliki ketertarikan untuk beraktivitas.
Melalui kegiatan Kids Take Over ini, anak-anak mendapatkan kesempatan untuk bisa mengekspresikan gagasannya dengan berbagai permasalahan yang mereka hadapi sehari-hari, seperti bagaimana anak merasa terintimidasi di masa pandemi, kondisi kesehatan mental dan perlindungan bagi anak yang kehilangan orang tua/pengasuh utama di masa pandemi, dan pendidikan di masa pandemi yang juga berdampak pada kesehatan mental mereka.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak Jateng Retno Sudewi menerangkan, "Semua kegiatan itu dirancang oleh anak-anak. Ternyata mereka mampu mengangkat dan membahas isu-isu yang berkaitan dengan anak. Saya yang di-take over oleh Mega, saya terharu. Anak-anak wawasannya luas dan mampu melahirkan solusi."
Kepala Kantor Perwakilan UNICEF Surabaya Ermi Ndoen menjelaskan, "Bocah Jateng optimis untuk masa depannya yang lebih baik dan sukses. Para pemimpin di mana pun amat perlu mendengar suara anak-anak."
Ada beberapa kepala daerah yang mengikuti acara itu hingga usai. Mereka adalah Bupati Boyolali Mohammad Said Hidayat, Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat, Bupati Tegal Umi Azizah, Wakil Bupati Brebes Narjo, Wakil Bupati Blora Tri Yuli Setyowati, dan Walikota Pekalongan Afzan Arslan Djunaid.
Posisi kepala daerah yang diambil alih anak-anak dimulai dari Gubernur Jateng, menyusul 33 bupati dan walikota. Mereka adalah:
1. Bupati Banyumas
2. Bupati Sragen
3. Bupati Brebes
4. Bupati Wonosobo
5. Bupati Temanggung
6. Bupati Sukoharjo
7. Bupati Purworejo
8. Wali Kota Surakarta
9. Bupati Tegal
10. Bupati Magelang
11. Walikota Tegal
12. Bupati Kudus
13. Bupati Rembang
14. Bupati Blora
15. Bupati Cilacap
16. Bupati Pati
17. Walikota Magelang
18. Walikota Pekalongan
19. Walikota Semarang
20. Bupati Boyolali
21. Bupati Pemalang
22. Bupati Grobogan
23. Walikota Salatiga
24. Bupati Pekalongan
25. Bupati Banjarnegara
26. Bupati Klaten
27. Bupati Kebumen
28. Bupati Wonogiri
29. Bupati Jepara
30. Bupati Batang
31. Bupati Semarang
32. Bupati Karanganyar
33. Bupati Demak
Sumber : Radio Elshinta

Related Stories
Next Story
All Rights Reserved. Copyright @2019
Powered By Hocalwire