Elshinta.com - Petani cabai di wilayah lereng Gunung Merbabu, Kabupaten Magelang mendapatkan berkah dengan tingginya harga cabai. Apalagi, penentuan harga dilakukan dengan sistem lelang sebagai upaya untuk menghindari tengkulak.
Suasana ramai selalu terjadi setiap hari di rumah ketua kelompok tani Maju Wanteyang, Armando. Disini digelar lelang cabai. Petani sejak siang sudah menyetorkan hasil panenannya. Sebenarnya tidak hanya cabai yang di lelang, namun juga hasil holtikultura lainnya seperti kol, brokoli, terong, kacang panjang, tomat dan semacamnya.
Saat petani menyetor cabai, istri Armando bertugas mencatat berapa banyak cabai yang di lelang. Anggota kelompok tani lainnya ada yang bertugas memilah komoditas. Ada pula yang menimbang. "Kita bagi-bagi tugas baik laki-laki maupun perempuan," kata Armando seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Kurniawati, Kamis (30/12).
Ia mengatakan, sistem lelang ini di gagas oleh Kepala Desa Lebak, Anwari sejak beberapa tahun lalu. Sistem ini dinilai sangat menguntungkan petani karena harga di patok secara transparan dan riil. "Para petani ini mendapatkan angin segar ditengah pedas nya harga cabai dipasaran," ujarnya.
Bagaimana tidak, dengan menggunakan sistem lelang terbuka para petani ini mendapatkan kepastian harga yang maksimal mengikuti pasar tanpa permainan tengkulak. "Yang menentukan harga para peserta lelang yang sebagian besar pedagang. Mereka akan memulai melelang usai Ashar melalui pesan singkat Whatshap," terang Armando.
Biasanya, tawar menawar lelang akan berlangsung hingga maghrib. Dirinya akan mencari harga tertinggi. "Kita tutup saat maghrib dan menemukan lelang dengan harga tertinggi," paparnya.
Menurut Armando, dengan sistem lelang ini, para petani hanya dikenakan biaya administrasi seribu rupiah setiap kilogramnya. Dari uang Rp 1.000, sebesar Rp 500 ribu untuk kas masjid dan sisanya untuk administrasi. Seperti halnya kesepakatan harga pada Kamis (30/12) yang menyentuh harga 63 ribu rupiah perkilogram cabe rawit merah atau dikenal dengan rawit "setan", dengan jumlah hasil panen mencapai 1,5 ton.
Dengan naiknya harga cabai saat ini, setiap petani bisa mendapatkan hasil 900 ribu hingga tujuh juta setiap kali panen, dengan waktu dua kali panen dalam satu minggu. Mereka menilai keuntungan tersebut menjadi berkah karena tidak jarang para petani cabai menemukan harga anjlok yang membuat merugi.
Petani akan mendapatkan uang hasil panennya di keesokan hari, setelah pedagang membayar lelang. Oleh Armando, uang yang diserahkan petani sudah di kemas dalam plastik dan diberi tulisan nama petani serta jumlah cabai yang di setor dan jumlah uangnya.
Widodo, salah satu petani, hasil panen cukup lumayan, kalau dibandingkan dengan teman petani lainnya dengan selisih harga Rp 2000 rupiah setiap kilogramnya. "Ini saya terima 915 ribu dengan cabai sebanyak 12,5 kg dengan harga perkilonya 72 ribu," ungkapnya.
Ade Sri Kuncoro, Kabid Tanaman Pangan dan Holtikultura, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang menambahkan, sistem lelang menurutnya sangat positif. Karena karena pertama memberikan harga kepastian kepada petani, kemudian pangsa pasarnya jelas mau dibawa kemana,. "Jadi petani tahu hasil panennya itu mau dibawa kemana," katanya.
Berbeda kalau mereka mandiri dibawa ke pasar sendiri, karena harga akan menyesuaikan saat negosiasi pasar. Di kelompok Tani Maju wanteyan ini, imbuh Ade, ada ada kegiatan petani datang membawa hasilnya kemudian ditimbang nanti akan dikasih tahu jalannya pergerakan harga. Mereka menanti harga tertinggi saat Maghrib. Harga itulah yang akan diperoleh para petani.