Universitas Brawijaya kembali kukuhkan dua profesor baru
Meski Malang masuk level III, Universitas Brawijaya (UB) mengukuhkan dua profesor baru dua profesor ini masing-masing Prof. Ir. Didik Suprayogo, M.Sc., Ph.D dari Fakultas Pertanian (FP) dan Prof. Anwar Sanusi, Ph.D dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP).

Elshinta.com - Meski Malang masuk level III, Universitas Brawijaya (UB) mengukuhkan dua profesor baru dua profesor ini masing-masing Prof. Ir. Didik Suprayogo, M.Sc., Ph.D dari Fakultas Pertanian (FP) dan Prof. Anwar Sanusi, Ph.D dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP).
“Pengukuhan digelar pada Rapat Terbuka Senat Akademik UB, Sabtu (19/3) di Gedung Samantha Krida.Prof. Ir. Didik Suprayogo, M.Sc., Ph.D dikukuhkan sebagai profesor dalam bidang Ilmu Konservasi Tanah dan Air. Ia merupakan profesor aktif ke-29 dari FP, dan ke-165 di UB, serta menjadi profesor ke-291 dari seluruh profesor yang telah dihasilkan UB.
Sementara itu Prof. Anwar Sanusi, Ph.D dikukuhkan sebagai profesor tidak tetap dalam bidang Ilmu Kebijakan Publik (Pengembangan Perdesaan). "Ia merupakan profesor ke-2 dari FISIP, dan profesor aktif ke-166 di UB, serta merupakan profesor ke-292 dari seluruh profesor yang telah dihasilkan UB,” kata Kabag Humas dan Kearsipan, Kotok Guritno seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, El Aris, Sabtu (19/3).
Sementara itu, Prof. Ir. Didik Suprayogo, M.Sc., Ph.D dalam pidato ilmiahnya bertema Inovasi BioGT-BOT+ untuk Pertanian Konservasi dalam Budidaya Tanaman Semusim di Lahan Kering.
“Degradasi tanah sangat terkait dengan penurunan kualitas tanah dalam mendukung produksi tanaman dan kualitas sumber daya alam, serta penurunan produktivitas ekosistem. Penurunan fungsi tanah dapat mengakibatkan hilangnya unsur hara tanah, penurunan bahan organik tanah, pemadatan, erosi tanah, dan hilangnya keanekaragaman hayati,” katanya.
Sekitar 60% dari luas daratan dunia mengalami degradasi, termasuk disebabkan karena erosi tanah, yang merupakan salah satu tantangan terbesar bagi pengelola lahan.Solusi teknologi untuk pengendalian erosi tanah di awal musim tanam adalah pemberian mulsa di permukaan tanah. Namun, penggunaan mulsa kurang disukai oleh petani karena kurang praktis dan mudah berserakan di lahan.
“BioGT-BOT+ ini merupakan merupakan suatu teknologi rakitan dua lapis bahan rajutan dari bahan organik dengan kualitas rendah yang sering dikenal dengan Biogeotekstil (BioGT-) yang berfungsi sebagai mulsa untuk pengendalian erosi tanah, yang didalamnya diisi bahan organik/seresah/residu pertanian untuk memberikan tambahan (+) bahan organik tanah (BOT) agar terjadi penyehatan kesuburan tanah sehingga diperoleh produksi pertanian yang berkelanjutan di lahan kering,” jelasnya.
Sedangkan Prof. Drs. Anwar Sanusi, M.PA., Ph.D pada pidato ilmiahnya bertema Multi-level Collaborative Governance: Sebuah Pendekatan Baru dalam Mewujudkan Desa Mandiri di Era Digital.
“Perkembangan era digital menyebabkan ekonomi dunia sedang mengalami transformasi besar ke arah knowledge economy. Dinamika perkembangan desa juga tidak lepas dari arus besar ini. Desa tidak hanya mengalami digitisation (konversi teknologi informasi analog ke dalam bentuk digital), namun juga digitalisation (proses sosio-teknis yang dikelilingi penggunaan teknologi digital, yang berpengaruh terhadap konteks sosial dan institutional) yang nantinya akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi di pedesaan,” ujarnya.
Melihat kompleksitas perkembangan kondisi dan tantangan strategis perdesaan, maka diperlukan bentuk-bentuk kebijakan publik perdesaan yang lebih lincah, adaptif, transformatif, dan kokoh.Namun demikian, hingga saat ini masih sangat sedikit studi kebijakan publik yang menyentuh tentang kebijakan perdesaan. Dari tahun 2014 hingga 2020 sangat minim kajian kebijakan publik yang membahas tentang kebijakan perdesaan, sedangkan di tahun yang sama, kajian tentang kebijakan perkotaan mendapatkan porsi yang cukup besar.